Suatu
kali pernah timbul pertentangan
antara beberapa ekor kelelawar
dan seekor bunglon. Perkelahian antara mereka sudah sedemikian sengitnya,
sehingga pertentangan itu sudah melampaui batas.
Para kelelawar setuju
bahwa jika saat petang menjelang
malam telah menyebar
melalui ceruk lingkaran langit,
dan matahari telah
turun di hadapan bintang-bintang menuju lingkup
terbenamnya matahari, mereka akan bersama-sama menyerang
si bunglon dan,
setelah menjadikannya tawanan mereka, menghukumnya sesuka hati
dan melampiaskan dendam. Ketika
saat yang dinantikan
tiba, mereka
menyerang dengan tiba-tiba, dan semuanya bersama-sama menyeret bunglon
yang malang dan tak berdaya itu
ke dalam sarang mereka. Dan malam itu mereka memenjarakannya.
Ketika
fajar tiba, mereka bertanya-tanya apakah
sebaiknya bunglon itu disiksa
saja. Mereka semua setuju bahwa dia harus dibunuh, tetapi
mereka masih merencanakan
bagaimana cara terbaik untuk
melaksanakan pembunuhan itu.
Akhirnya mereka memutuskan bahwa siksaan
yang paling menyakitkan adalah dihadapkan pada matahari. Tentu saja, mereka
sendiri tahu bahwa tidak ada siksaan yang lebih menyakitkan, selain berada
dekat dengan matahari; dan, dengan membuat analogi dengan
keadaan mereka sendiri, mereka mengancam
supaya dia memandang matahari.
Bunglon itu, sudah
pasti, tidak mengharapkan yang
lebih baik lagi. 'Penghukuman' semacam itu persis seperti
yang diinginkannya, sebagaimana dikatakan oleh
Husayn Manshur,
Bunuhlah aku, kawan-kawanku, sebab
dengan
terbunuhnya diriku, aku akan hidup.
Hidupku ada
dalam
kematianku, dan kematianku ada dalam
hidupku. (keterangan: baris-baris ini
terdapat
dalam Al-Hallaj, 14.1)
Maka ketika
matahari terbit, mereka membawanya keluar dari
rumah
mereka yang menyedihkan agar dia tersiksa oleh
cahaya
matahari, siksaan
yang sesungguhnya merupakan
jalan
keselamatan
baginya.
Janganlah kamu mengira orang-orang yang gugur dalam peperangan di jalan Allah itu mati. Tidak!
Bahkan
mereka hidup. Mereka mendapat rizki dan
Tuhannya.
(QS 3:169)
Kalau saja
para kelelawar itu
tahu betapa murah
hati
tindakan mereka
terhadap bunglon itu,
dan betapa mereka
telah berbuat
keliru, karena mereka
justru memberinya
kesenangan,
mereka pasti akan mati sedih. Bu-Sulayman Darani
berkata,
"Jika orang-orang yang lalai itu tahu betapa mereka
telah mengabaikan kesenangan orang-orang yang
sadar, mereka
pasti
akan mati karena kecewa." (dikutip dalam bahasa Persia
'Aththar,
Tadzkirah, hal. 282)
dalam
peperangan di jalan Allah itu mati. Tidak!
Bahkan
mereka hidup. Mereka mendapat rizki dan
Tuhannya.
(QS 3:169)
Kalau saja
para kelelawar itu
tahu betapa murah
hati tindakan mereka terhadap
bunglon itu, dan betapa mereka telah berbuat
keliru, karena mereka
justru memberinya kesenangan,
mereka pasti akan mati sedih.
Bu-Sulayman
Daran I berkata, "Jika orang-orang yang lalai itu tahu betapa mereka telah mengabaikan kesenangan orang-orang yang
sadar, mereka pasti akan mati karena kecewa." (dikutip dalam bahasa Persia
'Aththar, Tadzkirah, hal. 282)
No comments:
Post a Comment