Monday, February 23, 2015

Bunglon dan Kelelawar



Suatu kali pernah timbul pertentangan  antara  beberapa ekor kelelawar dan seekor bunglon. Perkelahian antara mereka sudah sedemikian sengitnya, sehingga pertentangan itu  sudah melampaui  batas.  Para  kelelawar  setuju  bahwa  jika saat petang  menjelang  malam  telah   menyebar   melalui   ceruk lingkaran  langit,  dan  matahari  telah  turun  di  hadapan bintang-bintang menuju lingkup terbenamnya matahari,  mereka akan   bersama-sama   menyerang   si  bunglon  dan,  setelah menjadikannya tawanan mereka, menghukumnya sesuka  hati  dan melampiaskan  dendam.  Ketika  saat  yang  dinantikan  tiba, mereka menyerang dengan tiba-tiba, dan semuanya bersama-sama menyeret  bunglon  yang  malang dan tak berdaya itu ke dalam sarang mereka. Dan malam itu mereka memenjarakannya.

Ketika fajar tiba, mereka  bertanya-tanya  apakah  sebaiknya bunglon  itu  disiksa  saja.  Mereka  semua setuju bahwa dia harus dibunuh, tetapi mereka  masih  merencanakan  bagaimana cara  terbaik  untuk  melaksanakan pembunuhan  itu. Akhirnya mereka memutuskan  bahwa  siksaan  yang  paling  menyakitkan adalah  dihadapkan pada matahari. Tentu saja, mereka sendiri tahu bahwa tidak ada siksaan yang lebih menyakitkan,  selain berada  dekat  dengan  matahari; dan, dengan membuat analogi dengan keadaan mereka sendiri, mereka mengancam  supaya  dia memandang   matahari.   Bunglon   itu,  sudah  pasti,  tidak mengharapkan yang lebih baik lagi. 'Penghukuman' semacam itu persis  seperti  yang  diinginkannya,  sebagaimana dikatakan oleh Husayn Manshur,

Bunuhlah aku, kawan-kawanku, sebab dengan
terbunuhnya diriku, aku akan hidup. Hidupku ada
dalam  kematianku, dan kematianku ada dalam
hidupku. (keterangan: baris-baris ini terdapat
dalam Al-Hallaj, 14.1)

Maka  ketika  matahari terbit, mereka membawanya keluar dari
rumah mereka yang menyedihkan agar dia tersiksa oleh  cahaya
matahari,   siksaan   yang   sesungguhnya   merupakan  jalan
keselamatan baginya.

Janganlah kamu mengira orang-orang yang gugur dalam peperangan di jalan Allah itu mati. Tidak!
Bahkan mereka hidup. Mereka  mendapat rizki dan
Tuhannya. (QS 3:169)

Kalau  saja  para  kelelawar  itu  tahu  betapa  murah  hati
tindakan  mereka  terhadap  bunglon  itu,  dan betapa mereka
telah  berbuat  keliru,  karena  mereka  justru   memberinya
kesenangan, mereka pasti akan mati sedih. Bu-Sulayman Darani
berkata, "Jika orang-orang yang lalai itu tahu betapa mereka
telah  mengabaikan kesenangan orang-orang yang sadar, mereka
pasti akan mati karena kecewa." (dikutip dalam bahasa Persia
'Aththar, Tadzkirah, hal. 282)

dalam peperangan di jalan Allah itu mati. Tidak!
Bahkan mereka hidup. Mereka  mendapat rizki dan
Tuhannya. (QS 3:169)

Kalau  saja  para  kelelawar  itu  tahu  betapa  murah  hati tindakan  mereka  terhadap  bunglon  itu,  dan betapa mereka telah  berbuat  keliru,  karena  mereka  justru   memberinya kesenangan, mereka pasti akan mati sedih.
Bu-Sulayman Daran I berkata, "Jika orang-orang yang lalai itu tahu betapa mereka telah  mengabaikan kesenangan orang-orang yang sadar, mereka pasti akan mati karena kecewa." (dikutip dalam bahasa Persia
'Aththar, Tadzkirah, hal. 282)

No comments:

Post a Comment