Saturday, February 14, 2015

Cinta hewan



Seorang lelaki betampang menyeramkan bersandar di dinding, lengannya yang bsar dan bertato tersila di depan dadanya yang bidang, menunggu. Hanya menyunggu. Sementara itu, sebentuk bola gemuk berbulu, yang ekornya berkibas begitu keras sehinggua seluruh tubuhnya bergoyang, denga polos berlari menyusuri koridor di luar kamar. Melihat ke sana kemari, si anak anjing tampaknya tahu ingin pergi ke mana, dan meneruskan jlannya melompat-lompat. Dengan raut muka hampa, lelaki yang keras dan kasar itu berdiri tak bergerak, menunggu. Menunggu.

Tiba-tiba, terdengar denting kunci membuka pintu di seberang kamar tempatnya menunggu. Wahag batu si orang keras itu terpecah menjadi senyuman lebar dan memanggil, “Zolie?” hanya itu yang dibutuhkan si anak anjing untuk menegaskan bahwa dia berada di tempat yang benar “zolie” langsung melenggang ke sobat barunya. Sambil membungkuk si lelaku, Jesse, mengangkat anak anjing kecil yang lembut dan bersenandung “Zolie! Zolie! Apa kabar Zolieku?” sambil membelai, mengelus, memluk si anjing, Jesse mendekapnya lebih erat, membenamkan kepalanya pada perut si anjing yang kecil dan bundar, meniupnya, seperti yang dilakukan orang tua pada perut bayinya. Itulah cinta. cinta sejati.

Saat Zolie menjilati wajah si lelaki tanda terima kasih, Jesse tergerak dengan rasa kagum. Mungkin ini pertama kalinya dalam hidupnya dia luluh karena cinta. Soalnya, Jesse inbi seorang tahanan, “napi berhati batu” di lembaga permasyarakatan negara. Zolie, anjing yang masih kecil, diberikan untuk dirawat Jesse—untuk alasan tertentu.

Jesse dan Zolie adalah bagian dari program percobaan yang memberikan seekor anak anjing kepada napi untuk dirawat dan dilatih, pekerjaan yang berlangsung 12 hingga 14 bulan---tergantung pada berjalannya pelatihan dan hasil program itu. program ini menguji daya ubah cinta: Dapatkah lelaki yang keras dan tanpa cinta itu memberikan cinta--- dan mengajarkannya kepada seekor anak anjing?

Program percobaan ini dirancang supaya, setelah pelatihan itu, anak-anak anjing ini diberikan kepada orang-orang yang mencari anjing “dewasa” untuk teman, misalnya orang tua yang tak mampu merawat anak anjing yang muda, energetic, dan tak terlatih, tatapi ingin punya anjing. Sebagian anak anjing ini kemudian dilatih lagi, lalu diberikan kepada orang cacat. Anjing ini membantu mereka dalam kebutuhan khusus, misalnya memberitahu kalau ada bel pintu, bel, atau bunyi khusus, atau mengisyaratkan saat waktunya minum obat.

Yang terpenting adalah si napi harus memberi anak anjing ini cukup cinta dan perhatian agar hewan itu tumbuh menjadi anjing yang ramah dan penyayang. Ini disebut “sosialisasi.” Napi juga “melatih” dan merawat si anak anjing, tetapi peran terbesarnya hanyalah memberi anak anjing itu cinta, perhatian, dan kasih sayang.

Itulah peran yang dihayati Jesse. Pada hari pertama aku mengamatinya, Jesse bermain dengan Zolie setiap menit selama mereka bersama. Jesse melemparkan bola kepada Zolie dan memperhatikan saat Zolie melompat ke arah bola itu, menyambar sehingga bola itu terlempar jauh dan Zolie harus berpacu mengejarnya. Sambil tertawa Jesse berserk, “Ambil, Zolie! Kamu bisa! Nah, begitu!” Lalu, Zolie meronta saat Jesse memandikannya. Setelah itu bulu Zolie kering. Jesse menyisir bulunya dengan lembut. Untuk ini Zolie berdiri diam, mengeikut gerakan sisir---matanya dipenuhi rasa terima kasih bahwa mandi yag memalukan itu sudah selesai.

Ini berlangsung bulan demi bulan, sampai Zolie tumbuh menjadi hewan yang lembut dan penyayang. Akan tetapi, dia bukanlah satu-satunya yang telah “tersosialisasi”. Dalam proses memberi cinta dan merawat, Jesse juga berubah. Dia tak lagi tampak begitu seram, keras, dan kaku; tampaknya ada sesuatu yang lebih lembut dan cerah pada dirinya.
Mungkin perubahan terbesar terlihat pada sore sebelum hari Zolie harus meninggalkan program---dan meninggalkan Jesse. Anak anjing ini sudah siap untuk fase pelatihan berikutnya. Pada malam terakhir ini, sia anak anjing dibolehkan menginap bersama si napi. Meskipun dia tahu hari ini akan tiba---dan malah, itulah tujuannya---mata Jesse merah oleh air mata, selagi dia berbaring terjaga sepanjang malam bersama anak anjing yang meringkuk di tempat tidurnya, membelai dan berbicara dengannya.

Terlalu cepat, esok hari pun tiba, dan sudah waktunya Zolie pergi.t angan besar Jessie melingkari leher Zolie yang tak kecil lagi; dia membenamkan wajahnya dalam bulunya dan mulai memberi anjing itu “kuliah”. Sambil memeluk kepala anjing yang sekarang besar dengan kedua tangannya, Jesse memandang anjing yang pemberani itu dan sambil menahan sedu-sedan, berkata, “Aku tahu kamu akan jadi anjing baik---karena kamu anjing yang hebat. Kamu sekarang harus baik, dan ingat aku. Akus angat sayang kamu---jangan lupa itu”. Seolah memahami perkatan Jesse--- dan kesedihannya---ZOlie menjilat wajah Jesse. Lalu anjing yang hampir dewasa yang terlatih baik dan “tersosialisasi” ini dibawa pergi, siap memulai peran barunya---mencintai orang baru. Akan tetapi, saat perpisahan itu sungguh meremukkan hati. Ketika melihat anjing itu berjalan pergi, Jesse menutup mukanya dengan tangan dan menangis.

Aku tahu soal Zolie, Jesse, dan program percobaan yang mereka ikuti ketika menonton program televise yang meliput kisah mereka. Setelah menonton seluruh acara, aku tak hanya jatuh cinta pada Zolie, tetapi juga bersimpati pada Jesse.

Begitu Zolie dibawa pergi, kamera hanya diam, menunggu Jesse berucap. Selama beberapa detik---meskipun rasanya seperti berabad---Jesse, dengan kepala terbena, dalam tangannya tak mampu berkata apa-apa. Lalu, sambil melepaskan tangan, dia mengakui, “Inilah pertama kalinya saya pernah mencintai sesuatu sebesar ini. Inilah pertama kalinya saya pernah merasa dicintai sebesar ini. Saya berharap diberi anak anjing lian. Dan cepat. Segera.”

Itulah salah satu acara yang paling menyentuh yang pernah kutonton---dan salah satu perubahan yang paling luar biasa. Cinta benar-benar dapat berperan besar dalam hodup seseorang. Untungnya, karena program tersebut sukses, ratusan anak anjing menemukan cinta, dan ratusan napi dicintai---sebagian untuk pertama kalinya. Kekuatan cinta: sungguh luar biasa!



No comments:

Post a Comment