Saturday, February 14, 2015

Pertengkaran kecil tak akan merugikan

Ketika aku dan Joel memutuskan untuk mulai pacaran, aku langsung tahu aku ingin jatuh cinta padanya. Kami sudah pacaran selama seminggu ketika kami pertama kali bertengkar. Aku tak tahu apa yang kami pertengkarkan, tetapi aku ingat segalanya tentang pertengkaran itu. terjadinya saat kami duduk berdua di pertandingan basket di sekolah. Dia berdiri dan bergegas keluar gedung olahraga. Seperti kubilang, aku tak ingat apa yang diutarakan atau mengapa dia pergi, tetapi dia betul-betul pergi.
Setelah dia pergi, aku duduk saja, tak tahu harus berbuat apa. Paa mulanya aku hanya bingung mengenai apa yang terjadi, tetapi pada saat berikutnya, hatiku sakit memikirkan bahwa aku bertengkar dengannya. Aku ingin minta maaf, bahwa aku menyesali apa pun perbuatanku, perkataanku. Aku mengejarnya untuk mengatakan hal itu kepadanya. Dia terus berjalan menjauh. Kulingkarkan lenganku diperutnya dan minta maaf. Tapi, dia pura-pura seolah aku tak ada di situ, sikapnya terlalu dingin seolah dia tak tahu bahwa aku hidup di planet yang sama---apalagi lenganku merangkulnya.
Akhirnya aku menyerah juga, melepaskannya, danmembiarkan dia pergi. Lagipula, aku tak tahu harus berbuat atau berkata apa untuk membuatnya memaafkanku. Aku berjalan perlaahankembali masuk ke gedung olahraga, tak ingin bicara dengan siapa pun. Sambilmenatap lantai supaya rambutku bisa menyembunyikan air mata yang mengalir di pipiku, aku kembali ke tempat duduk kami tepat sebelum kami bertengkar. Beberapa menit kemudian, dia pun kembali, masuk, berdiri tak jauh, bersama teman-temannya. Aku ingins ekali berlari ke sana dan memeluknya erat untuk memberitahukan bahwa aku mencintainya dan aku sangat menyesal. Tapi, aku hanya duduk di tempat segalanya terjadi, menyela air mataku, dan mengintip ke arahnya. Aku benar-benar tak tahu harus berbuat apa lagi.
Dia menghampiri dan duduk di sebelahku, lalu meraih tanganku dan hanya menggenggamnya. Kami tak berkata apa-apa beberapa lama, lalu dia berkata, “Aku minta maaf. Ini salahku”. Dia begitu manis. Aku tak bisa membiarkan dia menanggung semua kesalahan. Aku pun berkata, “Tidak, aku yang minta maaf. Itu salahku---kesalahpahaman”.
Itulah pertengkaran pertama kami, perkelahian pertama kami. Itu juga malam ciuman pertama kami. Ciuman yang akan selalu kukenang dan kuhargai.
Aku dan Joel sudah pacaran lebih dari empat bulan sekarang, dan kami sudah sering bertengkar. Semakin aku mengenal Joel, rasanya aku juga semakin mengenal diriku. Aku juga belajar apa yang harus diucapkan saat bertengkar---kebenaran. Terkadang kebenaran memerlukan permintaan maaf, tetapi terkadang juga kebenaran berarti tidak menanggung kesalahan yang bukan salahku. Kurasa sekarang hubungan kami sudah tidak gres. Aku sudah cukup merasa aman, tak lagi merasa aku harus berbuat itu lagi. Baru beberapa hari yang lalu Joel berkata kepadaku, “Kita mungkin sering bertengkar, tetapi kita baikan dengan indah”. Aku setuju dengannya pada dua hal itu.

No comments:

Post a Comment