Ketika aku dan Joel memutuskan untuk mulai pacaran, aku
langsung tahu aku ingin jatuh cinta padanya. Kami sudah pacaran selama seminggu ketika kami pertama kali bertengkar.
Aku tak tahu apa yang kami pertengkarkan, tetapi aku ingat segalanya tentang
pertengkaran itu. terjadinya saat kami duduk berdua di pertandingan basket di
sekolah. Dia berdiri dan bergegas keluar gedung olahraga. Seperti kubilang, aku
tak ingat apa yang diutarakan atau mengapa dia pergi, tetapi dia betul-betul
pergi.
Setelah dia pergi, aku duduk saja, tak tahu harus berbuat
apa. Paa mulanya aku hanya bingung mengenai apa yang terjadi, tetapi pada saat
berikutnya, hatiku sakit memikirkan bahwa aku bertengkar dengannya. Aku ingin
minta maaf, bahwa aku menyesali apa pun perbuatanku, perkataanku. Aku
mengejarnya untuk mengatakan hal itu kepadanya. Dia terus berjalan menjauh.
Kulingkarkan lenganku diperutnya dan minta maaf. Tapi, dia pura-pura seolah aku
tak ada di situ, sikapnya terlalu dingin seolah dia tak tahu bahwa aku hidup di
planet yang sama---apalagi lenganku merangkulnya.
Akhirnya aku menyerah juga, melepaskannya, danmembiarkan dia
pergi. Lagipula, aku tak tahu harus berbuat atau berkata apa untuk membuatnya
memaafkanku. Aku berjalan perlaahankembali masuk ke gedung olahraga, tak ingin
bicara dengan siapa pun. Sambilmenatap lantai supaya rambutku bisa
menyembunyikan air mata yang mengalir di pipiku, aku kembali ke tempat duduk
kami tepat sebelum kami bertengkar. Beberapa menit kemudian, dia pun kembali,
masuk, berdiri tak jauh, bersama teman-temannya. Aku ingins ekali berlari ke
sana dan memeluknya erat untuk memberitahukan bahwa aku mencintainya dan aku
sangat menyesal. Tapi, aku hanya duduk di tempat segalanya terjadi, menyela air
mataku, dan mengintip ke arahnya. Aku benar-benar tak tahu harus berbuat apa
lagi.
Dia menghampiri dan duduk di sebelahku, lalu meraih tanganku
dan hanya menggenggamnya. Kami tak berkata apa-apa beberapa lama, lalu dia
berkata, “Aku minta maaf. Ini salahku”. Dia begitu manis. Aku tak bisa
membiarkan dia menanggung semua kesalahan. Aku pun berkata, “Tidak, aku yang
minta maaf. Itu salahku---kesalahpahaman”.
Itulah pertengkaran pertama kami, perkelahian pertama kami.
Itu juga malam ciuman pertama kami. Ciuman yang akan selalu kukenang dan
kuhargai.
Aku dan Joel sudah pacaran lebih dari empat bulan sekarang,
dan kami sudah sering bertengkar. Semakin aku mengenal Joel, rasanya aku juga
semakin mengenal diriku. Aku juga belajar apa yang harus diucapkan saat
bertengkar---kebenaran. Terkadang kebenaran memerlukan permintaan maaf, tetapi
terkadang juga kebenaran berarti tidak menanggung kesalahan yang bukan salahku.
Kurasa sekarang hubungan kami sudah tidak gres. Aku sudah cukup merasa aman,
tak lagi merasa aku harus berbuat itu lagi. Baru beberapa hari yang lalu Joel
berkata kepadaku, “Kita mungkin sering bertengkar, tetapi kita baikan dengan
indah”. Aku setuju dengannya pada dua hal itu.
No comments:
Post a Comment