Nama jalan daerah elit di Batavia,
banyak terdapat rumah-rumah milik orang kaya. Jalan tersebut membujur
dari barat laut ke tenggara. Nama tersebut diambil dari nama sebuah benteng kecil
bernama Jacatra yang terletak di ujung timur jalan tersebut. Sekarang
disebut Jl. Pangeran Jayakarta. Sering juga disebut Herrenweg.
Di tempat ini pernah didirikan klenteng
penguburan, tetapi sejak akhir abad ke-17 sudah hancur. Ada juga
pekuburan Tionghoa yang pertama didirikan tahun 1650. Makam Souw Bing
Kong juga berada di dekat jalan ini. Terdapat satu lagu untuk
menggambarkan tentang Jacatraweg, karya Mr. Speenholf berikut:
At long last I enjoyed my self
ouside Batavia along the green
heather on Jaketra road.
(a song by Mr. Speenholf)
ouside Batavia along the green
heather on Jaketra road.
(a song by Mr. Speenholf)
Terjemahan Bebasnya:
beristirahat diri ini akhirnya
diluar Batavia, sepanjang
kehijauan suasana Jalan Jaketra
(Satu lagu dan Mr.Speenholf)
diluar Batavia, sepanjang
kehijauan suasana Jalan Jaketra
(Satu lagu dan Mr.Speenholf)
Jl. Pangeran Jayakarta merupakan salah
satu jalan tertua di Jakarta, sebagai bagian Batavia yang berkembang di
luar tembok kota lama. Sebelah utara berbatasan dengan dinding dalam
kota. Selama masa VOC, dibangun sebuah benteng yang sekarang berada di
ujung timur Jl. Dr. Suratmo. Di utara jalan terdapat Gereja Tua Portugis
yang masih ada sampai sekarang. Di sebelah selatan gereja ini berdiri
Monumen Pieter Erberveld.
Pada awal abad ke-18, penduduk yang tinggal di luar dinding kota yang terkena wabah malaria pindah ke lingkungan Jacatraweg
yang diduga lebih sehat. Pada waktu itu wilayah ini menjadi pemukiman
elit dengan kebun-kebun luas. Namun ketika wilayah ini menjadi kurang
sehat, para penghuninya pindah ke Molenvliet dan rumah-rumah lama dibiarkan runtuh (1835). Tidak jauh dari Jacatraweg, mengalir Sungai Ciliwung yang di pinggirnya berderet gedung-gedung bergaya Belanda dengan pekarangan berpagar dalam gaya barok.
Di belakang gedung di tepian sungai dibuat tempat-tempat pemandian dan
pangkalan-pangkalan perahu. Di antara tepian sungai dengan gedung dibuat
taman yang terpelihara dengan baik, sehingga pemandangan makin indah.
Ada suatu kebiasaan bagi penghuni Jacatraweg untuk berkunjung dengan tetangga menggunakan orembasi, yaitu sejenis perahu-perahu kecil yang didayung oleh budak-budak belian.
No comments:
Post a Comment