Perempuan
itu cantik sekali. Karena kecantikannya, tuan Edward terpikat dan
berupaya dengan berbagai cara untuk mendapatkannya. Ia adalah Dasima
wanita yang berasal dari Kahuripan. Dasima wanita cantik yang enggan
hidup melarat. Karenanya Dasima dengan senang hati menjadikan dirinya
sebagai wanita piaraan tuan Edward. Hasil hubungan mereka membuahkan
seorang anak wanita bernama Nancy. Meskipun telah beranak, Dasima tetap
cantik seperti masa perawannya. ltulah yang mendorong tuan Edward
laki-Iaki asal Inggris tak segan-segan memberikan sebuah rumah serta
para pembantu yang siap melayani keperluan Dasima. Semula Dasima dan
tuan Edward menetap di Curug Tangerang, kemudian pindah ke Pejambon.
Setiap lelaki dewasa yang lewat didepan rumahnya, manakala melihat Nyai
Dasima, maka menitiklah air liur mereka. Bagi mereka yang telah
beristeri, tumbuh sesaat penyesalan, mengapa tidak beristerikan wanita
itu saja, pastilah hidup bahagia cahaya kecantikan yang terpancar dari
bola mata dan liuk lekuk tubuhnya.
Bagi lelaki perjaka dan duda, ada setetes keinginan untuk
memperisterikan Nyai Dasima. Sungguh, ada magnit yang melekat ditubuhnya
membuat lelaki secara refleks mengalih pandang kearah rumah Dasima dan
berharap bisa melihat meskipun sehelai rambut lewat jendela. Samiun
lelaki yang beruntung karena punya paman seorang tentara dengan jabatan
Komandan Onder Distrik Gambir, sehingga punya peluang untuk
berkesempatan masuk ke rumah Nyai Dasima atas urusan pamannya. Samiun
sekalipun telah beristerikan Hayati, tetapi melihat Nyai Dasima,
goncanglah ketahanan jiwanya. Hayati isterinya yang dahulu dipuja dan
diburu kini baginya hampir bagaikan kendaraan tua rongsokan bilamana
dibandingkan dengan Nyai Dasima ibarat kereta kencana para raja. Samiun
tergila-gila dan merubuhkan pilar imannya, menghalalkan segala cara
untuk bisa mendapatkan seorang Nyai Dasima yang dimatanya bagaikan
Cleopatra seperti dalam Mitologi Yunani ataupun bagaikan Sinta dalam
cerita pewayangan.
Samiun dengan segala daya upaya mengumpulkan uang, lalu mencari Haji
Salihun di Pecenongan untuk minta guna-guna agar bisa memetik kuntum
Pejambon, Nyai Dasima yang cantik rupawan. Samiun dengan akal liciknya
berhasil menyuap mak Buyung untuk menjadi perantara sekaligus ujung
tombak panah asmaranya agar bisa menancap direlung hati Nyai Dasima.
Berbekal sehelai rambut Nyai Dasima yang diperoleh lewat tangan kotor
mak Buyung, mengendalikan permainan mistik. Nyai Dasima berubah, kini
Samiun dimatanya adalah pria tergagah di Batavia, yang tak sebanding
bilamana dijejer dengan Edward yang tak lebih dari lelaki tua karatan
yang tak ada harga di pasar Senen. Melalui permainan mistik, Nyai Dasima
menyongsong Samiun yang menanti ditepi kali dengan getek bambu. Mereka
pergi kerumah Mak Soleha ibunya Samiun. Nyai Dasima menetap di rumah
itu, di bilangan Kwitang.
Sebelum menggelar rencana, Samiun telah berkolusi dengan Hayati sang
isteri. Dengan janji harta untuk Hayati, disetujui Samiun menikahi Nyai
Dasima dengan harapan dapat meraup harta. Persetujuan isterinya membuat
Samiun percaya diri dalam mendapatkan Nyai Dasima.
Perempuan cantik kembangnya Pejambon, kini berada dalam rumahnya,
menurutnya seperti kerbau dicucuk hidungnya. Samiun memanggil penghulu
agama dan pernikahan dilangsungkan. Ketika pernikahan berlangsung di
tangan Nyai Dasima ada nilai harta sebesar 6000 Gulden, suatu jumlah
yang sungguh banyak dibanding gaji seorang wedana di Batavia tak lebih
dari 50 Gulden.
Samiun menyayangi Nyai Dasima, demikian juga Mak Soleha serta Hayati.
Namun berangsur hari dan makin susut rasa sayang tersebut karena harta
yang dibawa Nyai Dasima semakin berkurang dan akhirnya ludes. Kini Nyai
Dasima menjadi beban mereka. Sebenarnya masih ada hartanya, tetapi di
Pejambon dan itu tak mungkin diambil.
Melihat perilaku Hayati, Mak Soleha dan Samiun yang berubah total, Nyai
Dasima sadar bahwa dirinya menjadi objek Samiun, Hayati dan Mak Soleha.
Nyai Dasima tak tahan lagi dan minta cerai. Samiun setuju menceraikan
dengan syarat harta Nyai Dasima yang ada di Pejambon pemberian tuan
Edward harus diserahkan pada Samiun.
Hayati sangat berperan dalam menentukan langkah Samiun. Hayati terus
mendesak agar Samiun bisa memperoleh harta Nyai Dasima. Dengan berbagai
upaya Samiun mencoba melunakkan hati Nyai Dasima agar bersedia
mengalihkan hartanya, tetapi hal itu sulit dilakukan Nyai Dasima. Tidak
mungkin ia kembali ke Pejambon menemui tuan Edward, jangan-jangan
kemurkaan dan penjara yang didapatnya karena telah mempermalukan tuan
Edward dimata orang Belanda dan Eropa umumnya.
Samiun menceraikan Nyai Dasima tetapi tak mendapatkan hartanya,
sementara Nyai Dasima tetap berada di rumah karena tak punya saudara di
Batavia, tak punya uang lagi untuk pulang ke kampungnya, tak punya
keberanian menemui tuan Edward untuk memohon pengampunan atas kecurangan
yang dilakukannya.
Hayati menjadi semakin kesal melihat Nyai Dasima yang telah berubah menjadi beban bagi keluarganya. Hayati mendesak Samiun untuk menyingkirkan Nyai Dasima.
"Buat apaan dia disitu, kalo nyusahin kite Un", ujar Hayati pada Samiun.
"Sabar, Gue pan mesti mikir gimane caranya" jawab Samiun. Samiun yang
terus didesak oleh Hayati untuk mengusir Nyai Dasima karena tidak
bermanfaat lagi baginya, serta ketidaktepatan janji Samiun linglung dan
mengambil keputusan penuh yaitu menghabisi nyawa Nyai Dasima.
Untuk melakukan hal itu, Samiun tak sanggup sendiri, perlu menggunakan
tangan orang lain. Untuk hal itu, Samiun menyewa bang Puasa jagoan dari
Kwitang dengan upah 100 Pasmat. Samiun merundingkan teknis pelaksanaan
penghabisan nyawa Nyai Dasima. Akhirnya mereka menyepakati cara terbaik
yang harus dilakukan Samiun menyerahkan panjar sebesar 5 pasmat kepada
bang Puasa, kemudian kembali ke rumahnya.
Sikap Samiun mengembangkan senyum yang manis sekali kepada Nyai Dasima.
Mak Soleha menjadi kaget, mengapa Samiun bukannya mengusir Nyai Dasima
malah berbaikan. Hayati yang mendengarkan cerita dari Mak Soleha tentang
sikap barn Samiun menjadi sangat kesal. Ingin saja ia pergi ke rumah
itu untuk menghabisi nyawa Nyai Dasima.
Sikap Samiun yang simpatik dan terkesan melindunginya membuat semangat
Nyai Dasima tumbuh, serta hadir perasaan menyayangi kepada Samiun.
Samiun mengajak Nyai Dasima ke kampung Ketapang untuk mendengarkan'
pertunjukan seni tutur tentang Amir Hamzah. Nyai Dasima yang telah
melimpahkan harapannya kepada Samiun langsung setuju dengan ajakan
tersebut. Nyai Dasima berharap mungkin malam ini adalah malam terindah dengan Samiun, dapat berjalan dibawah sinar rembulan sambil
bercengkerama menumpahkan perasaannya selama ini terkandas di dasar
lautan kebencian Hayati dan Mak Soleha.
Nyai Dasima segera bersolek secantik mungkin dengan sisa bahan
kecantikan yang dimilikinya. Mak Soleha menjadi jijik dan hampir saja
meludahi muka Nyai Dasima, untung ada Samiun sehingga masih ada rasa
segan pada sang anak. Mak Soleha memanggil Samiun dan berkata,
"Un apa gue nggak saleh pandang ?"
"Un apa gue nggak saleh pandang ?"
"Ada ape nyak ?"
"Bukannye orang itu udah lu ceraiin ?"
"Pan dulu nyak, sekarang pan laen."
"Laen apenye, apa elmu pelet ngebalik ame diri lu ?"
"Lha bukan nyak."
"Bukannye orang itu udah lu ceraiin ?"
"Pan dulu nyak, sekarang pan laen."
"Laen apenye, apa elmu pelet ngebalik ame diri lu ?"
"Lha bukan nyak."
Mak Soleha menjadi aneh dengan perilaku Samiun, jangan-jangan ilmu
pelet Samiun menjadi bumerang buat Samiun. Hayati yang mendengarkan
laporan Mak Soleha kelihatannya acuh tak acuh. Hayati sendiri sudah
hilang kesabaran atas janji Samiun yang akan memberikan harta yang
banyak buatnya. Sekarang Hayati masa bodoh, tak ada gunanya berharap
lagi, dan rasanya tak ada urusannya lagi dengan Nyai Dasima dan Samiun.
"Ti... lu kok masa bodoh ?" tanya Mak Soleha keheranan.
"Abis, mau diapain lagi, gua nggak percaya ame Samiun".
"Kalau Samiun jadi pergi dengan Nyai Dasima dan nggak balik lagi pegimane ?".
"Biarin, gue juga bisa cari lelaki laen."
"Astaghfirullah !"
"Percuma nyak ngucap kalu niatnya nggak baek ame orang itu."
Mak Soleha menjadi kaget dengan pernyataan Hayati seakan menuding dirinya ikut dalam permainan kotor mendapatkan harta milik Nyai Dasima. Mak Soleha menjadi bend dengan Hayati dan bertekad minta pada Samiun untuk menceraikan Hayati, biarlah dengan Nyai Dasima saja. Mak Soleha berubah pikiran dan menyesali sikapnya yang sempat membenci Nyai Dasima belakangan ini. Mak Soleha segera kembali ke rumahnya tetapi mendapati Samiun dan Nyai Dasima telah pergi.
"Ti... lu kok masa bodoh ?" tanya Mak Soleha keheranan.
"Abis, mau diapain lagi, gua nggak percaya ame Samiun".
"Kalau Samiun jadi pergi dengan Nyai Dasima dan nggak balik lagi pegimane ?".
"Biarin, gue juga bisa cari lelaki laen."
"Astaghfirullah !"
"Percuma nyak ngucap kalu niatnya nggak baek ame orang itu."
Mak Soleha menjadi kaget dengan pernyataan Hayati seakan menuding dirinya ikut dalam permainan kotor mendapatkan harta milik Nyai Dasima. Mak Soleha menjadi bend dengan Hayati dan bertekad minta pada Samiun untuk menceraikan Hayati, biarlah dengan Nyai Dasima saja. Mak Soleha berubah pikiran dan menyesali sikapnya yang sempat membenci Nyai Dasima belakangan ini. Mak Soleha segera kembali ke rumahnya tetapi mendapati Samiun dan Nyai Dasima telah pergi.
Samiun dan Nyai Dasima pergi ke Ketapang. Mereka bergandengan tangan
bagaikan dua sejoli yang baru mengenal cinta pertama. Sambil berjalan,
Samiun kelihatan gugup. Ingin saja mengurungkan niat untuk tidak jadi
pergi, tetapi menjadi bimbang manakala mengingat Hayati yang terus
mendesaknya, dan Mak Soleha yang selalu menatap dengan nanar dan
lecehan.
"Rangkulin pinggang aye Un." pinta Nyai Dasima
"Kayak orang baru demenan aje." sahut Samiun, tetapi tangannya
melingkar di pinggang Nyai Dasima. Samiun menghentikan langkah, Nyai
Dasima ikut berhenti dan bertanya.
"Ade apa Bang Miun ?"
"Kite jalan sono aje."
"Pan jalan Ketapang lewat sini. "
"Abang kuatir kalo-kalo ada opas Belande, nanti kita bisa di tangkap, lagian tuan Edward pasti masih nyariin lu."
Mereka menggunakan jalan lain, jalan setapak yang akan melewati sebuah
kali dengan jembatan titian bambu. Di ujung tepian kali tempat
menyeberang, Samiun melepaskan Nyai Dasima sendiri di belakang, bukannya
menuntun tangan Nyai Dasima agar tidak terpeleset manakala menyeberang.
Nyai Dasima tertinggal di belakang dan memanggil Samiun tetapi Samiun
meneruskan langkah untuk sampai ke tepian seberang kali. Dalam
kesempatan itu, sebuah bayangan muncul. Bayangan seorang lelaki kekar
dengan sigap memburu kearah Nyai Dasima : Sambil mengirimkan pukulan
maut ke tengkuk Nyai Dasima. Pukulan itu meleset karena Nyai Dasima
sempat melangkah sebelum tangan lelaki kekar itu mendarat, sehingga yang
terkena bagian belakang tetapi sakitnya bukan main, Nyai Dasima
menjerit memanggil samiun. samiun dengan tenang dan meneibir berkata,
" Ajallu udah sampe biarin, pasrahin aje diri lu." Nyai Dasima berusaha
lari untuk minta perlindungan pada samiun yang telah berdiri di
seberang tepian kali, memang sudah naas bagi Nyai Dasima, sebuah pukulan
keras yang keluar dari tangan seorang jagoan terkenal Bang Puasa,
mendarat tepat pada posisi yang sensitif di bagian tengkorak kepala, dan
Nyai Dasima rubuh bagai daun kering disapu badai gurun. Matanya sebelah
kanan melotot, lidah terjulur keluar yang sebagian putus tergigit gigi
yang merapat akibat tekanan dari atas, darah mengueur dari hidung dan
mulut, Nyai Dasima rubuh, dan Bang Puasa menyongsong dengan golok
tergenggam langsung menggorok leher Nyai Dasima. Tamatlah ajal Nyai
Dasima yang disertai semburan darah yang keluar dari urat di lehemya.
Samiun berdiri terpaku, kemudian memburu Nyai Dasima yang telah berubah
menjadi seonggok bangkai manusia. samiun mengangkat mayat Nyai Dasima
dengan belah tangannya. Kenangan indah ketika baru pertama menjadi
isteri dengan Nyai Dasima lewat dimatanya bagaikan slide membuatnya
menitikan air mata. Bang Puasa dan samiun berembuk sebentar untuk
membuang mayat Nyai Dasima di kali Ciliwung, kemudian melemparkannya ke
kali Ciliwung.
Si Kuntum yang berjalan bersama Bang Puasa diancem mau dibunuh bila membuka
rahasia kematian Nyai Dasima. Sementara di seberang kali dibalik
rerimbunan pohon, Musanip dan Ganip yang sedang memaneing menyaksikan
peristiwa itu dengan jelas, dan keduanya ketakutan, bersembunyi agar
tidak diketahui oleh Bang Puasa. Isteri Musanip yang rumahnya berdekatan
dengan peristiwa itu terjadi, sempat mendengar jeritan Nyai Dasima, dan
mengintip melalui celah dinding bambu rumahnya, dan ketakutan akan
diketahui oleh Bang Puasa.
Bangkai Nyai Dasima hanyut terbawa arus kali Ciliwung. Bangkai tersebut
kemudian menyangkut di tangga tempat mandinya tuan Edward, orang yang
pemah memeliharanya sebagai isteri piaraan. Tuan Edward sangat masgul,
menangis melihat tubuh Nyai Dasima yang rusak. Tuan Edward segera
melaporkan ke polisi tentang kematian Nyai Dasima. Di depan polisi tuan
Edward mengakui bahwa Nyai Dasima adalah isterinya.
Karena pengaduan
tersebut polisi distrik Weltevreden menganggap hal ini sebagai persoalan
serius yang bisa mengancam jiwa setiap orang Eropa khususnya Belanda.
Polisi menerapkan cara mengadakan sayembara berhadiah 200 pasmat bagi
siapa saja yang bisa memberikan keterangan akurat tentang Nyai Dasima,
siapa yang menbunuhnya. Tergiur oleh jumlah uang, Kuntum, Musanip dan
Ganip tak kuatir kemungkinan kemarahan Bang Puasa di kemudian hari.
Mereka melaporkan kepada polisi tentang kejadian yang dilihat.
"Jadi si Puase yang bunuh itu Madam Edward ?"
"Betul, Tuan."
"Bagus, kamu orang pantas diberi hadiah nanti."
"Tapi kami takut, Tuan."
"Takut apa ?"
"Takut ame Bang Puasa."
"Ne Kamu orang jangan takut
"Jadi si Puase yang bunuh itu Madam Edward ?"
"Betul, Tuan."
"Bagus, kamu orang pantas diberi hadiah nanti."
"Tapi kami takut, Tuan."
"Takut apa ?"
"Takut ame Bang Puasa."
"Ne Kamu orang jangan takut
Atas dasar laporan tersebut, polisi menangkap Bang Puasa serta barang
bukti golok yang belum sempat di bersihkan dari darah Nyai Dasima.
Sedangkan Samiun melarikan diri dan tak kembali lagi ke Kwitang karena
takut ditangkap, sebab dialah dalang yang menyewa Bang Puasa untuk
membunuh Nyai Dasima.
No comments:
Post a Comment