Cerita yang ditulis WL Ritter, yang
bekerja antara lain sebagai wartawan. Mengkisahkan tentang seorang gadis
Bali bernama Roseta, yang bekerja sebagai budak di rumah Tuan dan
Nyonya van der Ploeg di Batavia. Sebagai budak ia merniliki paras
rupawan di usia muda belia, penampilannya sangat sederhana namun
demikian sangat pantas dilihat, sehingga kemanapun ia pergi
senantiasa mempesona pria yang melihatnya. Ia bekerja sangat rajin dan tekun,
tidak banyak tingkah. Namun ternyata keelokan parasnya telah membuat
sang nyonya iri hati, hingga mengawinkan Roseta dengan Apol, budak
laki-laki yang terpesona padanya. Walau sebenarnya kurang
tertarik (karena hatinya telah tertambat pada seorang perjaka Jawa)
tetapi tidak berani macam-macam dengan suaminya yang berasal dari Bugis
itu.
Kekejaman Nyonya van der Ploeg kian hari
semakin bertambah, hal itu berbeda dengan suaminya yang sangat
perasa, tenang, dan memperlakukan budak dengan baik. Hingga suatu hari
karena dianggap melakukan kesalahan, Roseta dihukum dengan menusuk
tangannya menggunakan tusuk konde dan membakar tangannya. Peristiwa
tersebut sangat membekas dihati Apol, sang suami, sehingga
menimbulkan dendam. Suatu hari majikannya berlibur di rumah
peristirahatan mereka bersama beberapa budak, sedangkan
suaminya menyusul kemudian. Saat semua tertidur, Roseta yang telah
terbujuk oleh kekasihnya (bernama Jaya) yang ditemuinya, melarikan diri
dengan membawa semua perhiasan nyonyanya. Kepergian Roseta telah membuat
Apol gelap mata dan menuduh majikannya sebagai penyebab
kepergian isterinya. Di puncak kemarahannya ia membunuh majikan, anak,
dan semua budak yang menyaksikan peristiwa tersebut. Peristiwa itu
membuat hati Tuan van der Ploeg hancur dan menyerahkan Apol kepada
polisi dan dihukum mati dengan ditarik kuda menjadi empat bagian.
Dalam pelariannya ternyata
Roseta menemui kemalangan. Jaya yang mengaku. sebagai juragan perahu
dari Jepara hanya bohong belaka. Sebenarnya ia kepala perampok yang
senantiasa menggoda para budak wanita agar melarikan diri dengan
mengambil harta majikannya, untuk kemudian diambil oleh Jaya beserta
gerombolannya dan kemudian budak tersebut dibunuh. Mengetahui hal itu
Roseta hendak kabur, namun tiada daya, sehingga dirinya ikut dalam
gerombolan tersebut. Delapan tahun kemudian gerombolan itu tertangkap
dan semuanya dihukum mati, tak terkecuali Roseta yang sedang mengandung.
Ia dihukum mati tiga bulan setelah melahirkan anaknya.