Tuesday, July 28, 2015

Lulung: Ahok harusnya jadi tersangka

Mengutip berita dari CNN Indonesia: Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Abraham 'Lulung' Lunggana menilai Gubernur Basuki Tjahaja Purnama, alias Ahok, harus menjadi tersangka dalam kasus korupsi pengadaan alat Uninterruptible Power Supply (UPS) dalam APBD Perubahan 2014 di Jakarta.

Menurut Lulung, Ahok telah pantas ditetapkan menjadi tersangka dalam kasus tersebut walaupun baru dipanggil sebagai saksi oleh penyidik Bareskrim Polri pada Rabu (29/7) pagi.

"Mestinya Ahok jadi tersangka menurut saya. Ahok itu tidak pernah memberantas korupsi karena korupsi ada di eksekutif. Mestinya pemberantasan korupsi itu diawali pencegahan. Kalau dia tidak mencegah, berarti dia melakukan pembiaran," kata Lulung di Gedung DPRD DKI Jakarta. (Baca: Kabareskrim Polri Tolak Bantuan Lulung)

Lulung menganggap Ahok adalah penanggung jawab utama pemakaian anggaran APBD Perubahan 2014 DKI Jakarta karena dirinya menjabat sebagai pelaksana tugas Gubernur saat itu. Oleh karena itu, politisi PPP tersebut menilai Ahok harus bertanggung jawab atas adanya kasus korupsi pengadaan UPS pada tahun lalu.

"Karena pengguna anggaran adalah eksekutif, mekanisme pembahasan APBD itu tanggung jawabnya DPRD sebatas persetujuan di paripurna. Menyangkut kasus UPS, harusnya eksekusi terakhir dilakukan oleh unit masing-masing dan yang bertanggung jawab Gubernur," kata Lulung.

Menurut Lulung, jika Ahok berhati-hati dalam mengesahkan proyek pengadaan UPS, maka korupsi tidak akan terjadi pada tahun lalu. Ia pun menuduh Ahok melakukan pembiaran atas terjadinya korupsi okeh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam APBD Perubahan 2014.

"Kalau Gubernur waspada sebenarnya ini tidak mungkin terjadi. Kalau ini terjadi korupsi UPS, berarti ada pembiaran dari Gubernur kepada terjadinya kasus UPS hari ini," ujar Lulung.

Panggilan yang dikeluarkan Bareskrim Polri kepada Ahok pun dianggap wajar adanya oleh Wakil Ketua DPRD Mohammad Taufik. Bahkan, politisi Gerindra itu memberikan ucapan selamat atas dipanggilnya Ahok oleh penyidik Bareskrim Polri. (Baca: Polisi Periksa Ahok untuk Tersangka Alex Usman)

"Saya kira sudah betul, itu kan dia (Ahok) yang tanda tangan APBD serta Surat Penyediaan Dana (SPD). Dia wajib dimintai keterangan. Selamat menikmati saja," kata Taufik.

Bareskrim Polri telah menetapkan dua orang tersangka dalam kasus korupsi pengadaan UPS. Kedua tersangka itu adalah Alex Usman dan Zaenal Soleman yang berperan sebagai pejabat pembuat komitmen.

Alex ditahan penyidik setelah dijemput paksa petugas pada Mei lalu. Adapun Zaenal masih bebas sampai saat ini. Mereka diduga telah merugikan negara lebih dari Rp 50 miliar dari korupsi yang dilakukan.

Selain menetapkan dua tersangka, Bareskrim juga sudah memanggil Lulung dan anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Hanura Fahmi Zulfikar sebagai saksi kasus serupa beberapa bulan lalu.

Penyidik pun tercatat sempat memeriksa sembilan saksi dari pihak sekolah dan perusahaan rekanan yang memenangkan pengadaan UPS pada April lalu.

Kepolisian kini masih mengincar tersangka baru dalam kasus korupsi pengadaan UPS di Jakarta dari kalangan eksekutif, legislatif, dan perusahaan rekanan. Namun hingga saat ini masih tersangka baru belum ditetapkan.  

Kalau memang hukum di negeri ini dapat dijalankan sesuai aturan, lihat saja nanti siapa yang benar dan siapa yang salah dalam masalah ini.

Monday, July 27, 2015

Anak durhaka memberi makan ibunya dengan kotoran

Apa yang  terlihat dalam gambar ini  menunjukkan seorang wanita yang tampak lemah tengah dipukuli ditampar oleh putrinya dengan kursi dan yang lebih  mengejutkan lagi, bukan hanya memukuli ibunya ternyata anak tersebut juga memberi makan ibunya  dengan kotoran dan air kencing.


 
Hal itu terungkap di pengadilan ketika tetangga
nya, Darwinder Singh Sukhdev Singh, 39, didakwa telah  bersekongkol  dengan  anak durhaka  tersebut untuk memberi makan kotoran dan urin kepada ibunya yang bernama, 58 tahun.
Berbicara dalam bahasa Inggris, pria pengangguran itu mengatakan ia disuruh oleh  Siti Nur Redha Khamis, 25, untuk memberi makan ibunya  dengan kotoran dan ia hanya satu kali melakukannya  yaitu pada tanggal 1 Juli di 10:30. Dan setelah  itu dilperbuatan tercela dilakukan sendiri oleh Siti secara terus menerus.


"Saya hanya member makan ibunya dengan kotoran hanya sekali sementara Siti  memberikan kotoran untuk ibunya   setiap hari," katanya kemarin pengadilan.

Menurut tetangga yang berdekatan dengan apartemennya kedua pasangan itu sering bertengkar, minimal  minimal lima sampai enam kali seminggu. Pertengkaran tersebut terdengar oleh semua tetangga namun para tetangga tidak tahu apa yang mereka pertengkarkan karena  mereka bertengkar dengan menggunakan bahasa Melayu.

Menurut  keterangan para tetangga Siti telah keluar dari pekerjaannya selama delapan bulan dan dia frustasi belum bias mendapatkan pekerjaan baru.


"perhiasan yang saya miliki telah saya gadaikan.  Saya menjual handphone dan laptop saya untuknya, dan Ia telah menuduh saya banyak hal."

Dia menambahkan: "Ibu saya (memiliki) tidak punya orang lain selain saya."

Polisi mengatakan Darwinder telah ditahan selama seminggu untuk dimintai keterangan, polisi juga belum bias memastikan apakah Darwinder akan dihukum sesuai  atau dikenai denda akibat dari perbuatannya  membantu  Siti. Masalah ini tengah diselidiki oleh pihak kepolisian. Sementara Ibunya dibawa  ke rumah sakit  untuk pengobatan di  Singapore General Hospital.

Rumah sakit menolak untuk mengungkapkan kondisinya,  untuk menjaga  kerahasiaan  pasien.

Kasus ini mendapat sorotan pada hari Senin ketika tetangga lain, 25 tahun Mohammad Juani, memasang video di Facebook Madam Kamisah tampaknya ditampar oleh Ms Siti.  Juani mengatakan kepada The Straits Times : "Aku tidak tahan melihat rasa sakit yang diderita oleh bibi tua itu, kenapa  ia tidak diperlakukan sebagai manusia?”.

The New Paper (TNP) juga menerbitkan sebuah wawancara dengan Darwinder, yang memberikan "rahasia" gambar Ibu  Kamisah yang diduga disalahgunakan oleh Ms Siti di flat mereka. Di Foto  tampak ia memukuli ibunya dengan sapu, menjambak, menginjak-injak ibunya  dan member makan ibunya di toilet dengan kotoran.


Dalam laporan TNP, Darwinder mengaku telah mengambil gambar secara  diam-diam  pergi lalu  keluar tanpa memperdulikan keadaan  Ibu Kamisah ini.

Ketika The Straits Times mengunjungi flatn Darwinder, ibunya, Ibu Diah Kaur  63 tahun, mengatakan suaminya telah meninggalkannya saat Darwinder masih muda, mengatakan: "Saya  sangat khawatir bahwa saya tidak dapat memberinya makan  selama dua hari terakhir."

Madam Kaur, mengatakan bahwa selama ini ia menderita sakit jantung dan diabetes. Lalu ia menjukkan 2 kantong obat yang berisi ratusan pil obat. Dia juga menyaksikan ibu Kamisah diberi makan kotoran dengan memakai wadah, seperti mangkok bubur, ia melihatnya kejadian itu beberapa kali. Dia juga tahu Siti selalu memotret apa yang ia lakukan kepada ibunya.

Dia percaya   Siti  telah menjalin cinta dengan anaknya selama setahun terakhir dan ingin menikah dengan anaknya.

Tetangga mengatakan mereka   sering melihat Darwinder dan  Siti jalan berduaan dan kadang-kadang  pergi  bersama-sama  ibu mereka.

Tapi mereka  tak tahu pasti hubungan pasangan tersebut.

Saksi lain,  Alex Rendah, 50, mengatakan kedua akan pergi bersama-sama "empat sampai lima kali seminggu dan kembali dengan banyak tas belanja".

Dia menambahkan bahwa  setiap Darwinder  pergi ke tempat  Siti di malam hari pasti aka nada pertengkaran diantara keduanya.  Mr Low bercerita:  "Mereka  bertengkar minimal lima sampai enam kali seminggu.  "Ssemua orang bisa mendengar.  Aku takut aku tidak tahu apa yang mereka  pertengkarkan karena mereka berbicara dalam bahasa Melayu."

Darwinder akan muncul di pengadilan Jumat depan.

Jika terbukti bersalah, ia menghadapi  tuntutan hukum  minimal sampai tujuh tahun penjara, denda, hukuman cambuk atau kedua-duanya.

Madam Kaur mengatakan dia ingin mendapatkan  pengacara  untuk anaknya  tetapi  ia  tidak tahu bagaimana untuk mendapatkan pengacara.

Selama wawancara Nyonya Kaur menangis terus menerus. "Saya harus melakukan sesuatu tapi aku tidak tahu bagaimana caranya.  Aku tidak ingin hidup tanpa dia."

(sumber ceritanya dari Sini)


Langit Biru Garuda Dalam Cengkraman Singa

Ilustrasi
Sudah 66 tahun, setara dengan usia kemerdekaan Indonesia, ruang udara Indonesia di wilayah Kepri dikuasai dan dikendalikan Singapura. Pesawat-pesawat Indonesia, termasuk pesawar militer yang ingin berangkat, mendarat, atau hanya sekedar melintas di atas Batam, Tanjungpinang, dan Natuna harus mendapat izin Singapura terlebih dahulu. Upaya merebut kembali kedaulatan itu selalu gagal di meja perundingan.

Dari pengeras suara di langit-langit ruang kantor pengelola Bandar Udara Hang Nadim Batam, pengumuman itu terdengar nyaring. “ …Pesawat Lion Air tujuan Jakarta segera diberangkatkan.” Pada saat yang sama, Kamis siang pertengahan Februari 2012, di ruang tunggu A4, yang berjarak 50 meter dari kantor pengelola Bandara, puluhan calon penumpang merangsek masuk ke tubuh bongsor Boeing 737 ER 900 milik Lion Air.

Sepuluh menit berselang, pesawat berjalan pelan menuju landasan pacu, siap lepas landas. Kendati berangkat dari Batam menuju Jakarta, yang sama-sama berada di wilayah Indonesia, tetapi pesawat Lion Air baru boleh bergerak dari apron ke landasan pacu Hang Nadim dan kemudian mengangkasa, setelah ada restu dari otoritas penerbangan Singapura.

“Di sini, semua pesawat yang ingin take off atau landing harus mendapat izin dari Singapura. Kalau dari sana belum kasih persetujuan belum boleh berangkat,” kata Hendro Harijono, Kepala Kantor Pengelola Hang Nadim.

Sejak 66 tahun lalu, setahun setelah bangsa ini merdeka, ruang udara Indonesia di wilayah Kepulauan Riau (mencakup Batam, Tanjungpinang, dan Natuna) berada di bawah kendali Singapura. ”Luas penguasaan Singapura atas wilayah udara kita mencapai 100 nautical mile,” kata Kepala Keselamatan Penerbangan Bandara Hang Nadim, Irwansyah.

Satu nautical mile setara 1,825 kilometer. ”Artinya, luas kekuasaan Singapura di atas negara kita sekitar 200 kilometer dari garis batas kedua negara. Itu sudah nyaris masuk ke wilayah Pangkal Pinang (Bangka) dan Palembang. Sangat luas,” kata Irwansyah.

Adalah pertemuan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional atau ICAO di Dublin, Irlandia, Maret 1946, yang memberi kekuasaan kepada Singapura untuk mengontrol lalu lintas di angkasa Indonesia, khususnya wilayah Kepri. ”Saat itu delegasi kita tidak hadir. Mungkin karena situasinya kita baru merdeka. Sehingga peserta pertemuan menyerahkan kendali kepada negara terdekat, yaitu Singapura,” kata Marsekal (Purn) Chappy Hakim, mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara, kepada Batam Pos, Kamis (15/3).

Kewenangan yang dimiliki Singapura itu disebut flight information region (FIR). Berdasarkan mandat dari pertemuan ICAO tahun 1946 itulah, seluruh pesawat-termasuk pesawat militer Indonesia- yang ingin mendarat, lepas landas, atau sekadar melintas di atas Batam, Tanjungpinang, dan Natuna, wajib diinformasikan kepada Singapura dan harus mendapat izin Singapura. “Kalau ada yang nekat mereka bisa menembak, meski itu secara de facto adalah wilayah udara Indonesia,” kata Irwansyah.

Mandat ICAO tak hanya memberi Singapura kewenangan mengatur lalu lintas udara di dalam area FIR, lebih daripada itu, Singapura juga berhak memungut fee atau bayaran dari seluruh maskapai yang melintasi FIR, termasuk fee dari maskapai Malaysia yang melintas dari kota-kota Semenanjung Malaysia ke Malaysia Timur di Kalimantan dan sebaliknya. Tarifnya dalam dolar Amerika. ”Besarnya berbeda-beda, tergantung jenis pesawat dan kapasitasnya. Misalnya, tarif Boeing 737-400 dengan Airbus A330 itu berbeda,” kata Irwansyah. Di Hang Nadim saja, rata-rata terdapat 90 penerbangan dalam sehari. ”Kalau kita yang kontrol sendiri, bayangkan berapa besar hasilnya yang diterima,” Irwansyah menambahkan.
Memang, kata dia, fee itu sebagian diserahkan ke Indonesia melalui pemerintah pusat. ”Tapi kita enggak tahu jumlah pastinya. Siapa juga yang bisa memastikan jumlah yang diterima Singapura,” ujarnya.

Kementerian Perhubungan (Ministry of Transport/MOT) Singapura menolak memberi informasi terkait masalah ini. Saat Batam Pos mendatangi kantor MOT di lantai 33 PSA Building, Alexandra Road, Singapura, Rabu (14/3), pihak MOT enggan melayani wawancara. Alasannya, mereka butuh waktu untuk menyiapkan kajian dan data-data yang lebih lengkap terkait masalah ini.

”Sebaiknya Anda membuat janji terlebih dulu,” ujar Mary Chin, salah satu pegawai Divisi Media Relation di MOT Singapura.

Mary menyarankan Batam Pos mengirim pertanyaan dan daftar informasi yang dibutuhkan melalui email. Namun hingga Sabtu (17/3), email dari Batam Pos belum ditanggapi.

Sikap yang sama juga ditunjukkan pengelola Bandara Internasional Changi. Mereka menolak diwawancarai.
Di Bandara Changi itulah seluruh pengawasan dan pengaturan lalu lintas udara di area FIR dipusatkan. Pemandu yang bertugas di Changilah yang berhak mengeluarkan izin take off dan landing di Batam, Tanjungpinang, dan Natuna.

Untuk memperoleh izin keberangkatan dan pendaratan pesawat, pengelola Bandara Hang Nadim Batam mengajukan permohonan melalui approach centre unit (APP) di Tanjungpinang. APP Tanjungpinang kemudian meneruskan permohonan itu kepada area control centre (ACC) di Changi, Singapura. Apapun jawaban Singapura, baik “OK” maupun “tunggu sebentar”, disampaikan lagi melalui Tanjungpinang untuk diteruskan ke Hang Nadim.

“Kita seperti mengemis- ngemis kepada Singapura,” kata Irwansyah.

Serasa mengontrak di rumah sendiri. Itulah yang dirasakan para pilot dan co-pilot maskapai Indonesia yang kerap singgah di Hang Nadim. Sebab, kata Irwansyah, tak jarang jadwal penerbangan mereka harus tertunda beberapa menit karena izin Singapura belum turun. ”Delay itu bagi maskapai artinya biaya. Kan kasihan maskapai-maskapai kita,” ujarnya.

Yang paling menyakitkan, Irwansyah menuturkan, alasan yang sering dikemukakan Singapura untuk menunda pemberian izin landing dan take off kepada maskapai Indonesia di Hang Nadim, adalah angkatan udara mereka sedang melakukan latihan tempur di wilayah Indonesia yang masuk area FIR. ”Tidak mungkin tiap menit ada latihan militer. Itu bohongnya orang Singapura saja,” ucapnya.

Karena alasan sedang ada latihan militer itu pula, penerbangan dari Jakarta menuju Batam harus berbelok ke arah kanan dari rute normal saat berada di atas perairan Anambas, dengan tambahan waktu terbang antara 20-30 menit. ”Dengan tambahan waktu itu, berapa fuel consumption (persediaan bahan bakar) lagi yang harus disiapkan oleh maskapai kita. Lagi-lagi, itu kan biaya yang tak seharusnya mereka keluarkan,” papar Irwansyah.

Marsekal Chappy Hakim menjelaskan, di luar FIR, memang ada perjanjian militer antara Indonesia dengan Singapura yang membolehkan angkatan udara Negeri Singa menggunakan ruang udara Indonesia untuk berlatih. Asisten Atase Perhubungan Kedutaan Indonesia di Singapura, Hendri Ginting, mengatakan tidak semua kawasan di dalam FIR yang masuk dalam perjanjian militer itu. Arena latihan itu dikenal dengan istilah military training area (MTA), yang terbagi dalam dua zona, yaitu MTA 1 yang meliputi sebelah barat daya Singapura hingga wilayah Batam dan Tanjungpinang. Sedangkan MTA 2 membentang dari sisi timur Singapura hingga Kepulauan Natuna.

”Masalahnya, selain latihannya di wilayah kita, otoritas kendalinya juga ada di tangan mereka. Siapa yang bisa memastikan telah terjadi pelanggaran batas wilayah udara, wong yang kontrol mereka semua. Kita sudah terlalu lama mau saja digoblok-goblokin Singapura,” kata Chappy Hakim.

Karena itu, Chappy menegaskan, ruang udara Indonesia yang telah bertahun-tahun dikontrol Singapura, harus diambil alih Indonesia. ”Singapura itu negara kecil, kok malah dia yang ngatur kita,” ujarnya.
(Dikutip dari SINI)

Saturday, July 25, 2015

3000 mil bersepeda mencari sang Isteri

Seorang pria Indiana telah memutuskan untuk bersepeda sejauh 3000 mil ke seluruh Amerika Serikat untuk membuktikan kepada istrinya bahwa ia dapat berubah.Eric Hites, lelaki yang memiliki berat 560 pon ini membuat sebuah blog yang berjudul  "Fat Guy Across America" ​​untuk berbagi pengalaman selama perjalanannya kehilangan berat badan dan mendaptkan kembali istrinya. Ide mencari isterinya dengan mengendarai sepeda terinspirasi dari sebuah lagu.


"Saya bersumpah, saya akan melakukannya.. Saya akan mengendarai sepeda dari pantai timur ke pantai barat untuk beberapa alasan, 1. untuk membuktikan rasa cinta saya pada isteri. 2. untuk memulihkan kesehatan dan mengurangi berat badan saya yang tertimbun lemak yang terkumpul selama bertahun-tahun.
 
"Dengan menyelesaikan perjalanan ini, saya berharap untuk mendorong orang lain untuk bangkit dan melakukan hal sama seperti yang saya lakukan, dan tetap bergerak tanpa memperdulikan berat badan mereka. Saya ingin menulis buku ini untuk menginspirasi orang lain dan menginspirasi diri sendiri dan menunjukkan cinta saya, dan saya masih punya cinta. Walau banyak menentang dan melecehkan diluar sana, saya akan membuktikan bahwa mereka salah.
Hites mengatakan kesehatan dan kelebihan berat badan yang buruk itulah yang menyebabkan masalah dalam perkawinannya. "Sebagian besar karena berat badan saya,  saya benar-benar tertekan dan mengakibatkan saya cepat marah dan akhirnya rumah tangga kami berantakan," kata Hites dalam wawancaranya pada ABC News,  Kamis dari Rhode Island. "Isteri saya mungkin akan berpikir saya ngomong doang dan saya akan membuktikannya.." 
Semoga dia beruntung!
(sumber: ABC News)

Monday, July 20, 2015

Kisah mahasiswi Inggris yang menjadi pekerja seks

Nama samarannya adalah Jenny-- pertama kali mendapat bayaran untuk melakukan hubungan seks, adalah ketika ia berusia 18 tahun. Itu dilakukannya di dalam mobil orang asing, di pinggir jalan yang sepi.
Sekitar setahun kemudian, sebagai mahasiswi, ia memutuskan untuk "bersikap serius" dengan  mendaftarkan diri pada sebuah situs layanan perempuan panggilan.


Jenny sekarang berusia 22 tahun, namun ia masih memilih untuk mencari nafkah dengan melakukan hubungan seks dengan orang tak dikenal, tapi dia "selalu waspada" setiap kali melayani pelanggan.

Jenny setuju untuk menceritakan kisah hidupnya sebagai mahasiswi pekerja seks, dengan syarat nama aslinya dilindungi.

Lima persen

Hasil sebuah penelitian yang digolongkan terbesar untuk masalah ini, yang pernah melihat ke masalah baru saja diterbitkan. Temuannya antara lain, lima persen mahasiswi mengaku mereka telah bekerja di industri seks. Itu mencakup antara lain model foto, model web cam, tari telanjang dan pelacuran.

Jenny mengaku tak ada hal khusus yang mendorongnya untuk memutuskan jadi seorang pekerja di bidang prostitusi. "Kalau saya pikir hal ini merendahkan, saya tak akan melakukannya. Saya tidak  menganggapnya begitu, dan ya, saya punya selera juga tentang hidup yang enak."
"Sewa apartemen saya sangat mahal, dan saya tak mau minta uang pada orang tua saya."

Tidak berprasangka

Meskipun Jenny menyebut-nyebut tentang "hidup yang enak," dia mengaku sadar akan risiko berhubungan seks dengan orang asing.
"Saya tidak takut pada laki-laki, (tapi) saya tidak mempercayai mereka. Jadi saya selalu waspada."
"Kadang-kadang mereka seperti penuh tipu daya, jadi saya akan menaruh tas dekat saya dan keluar secepat mungkin.
"Tetapi kebanyakan sih sangat aman."
"Banyak pria yang secara fisik lebih besar dan lebih kuat dari saya. Saya tidak berprasangka mereka akan menekan badan saya dan memaksa saya untuk melakukan hal-hal yang saya tidak mau.
"Saya tidak pernah merasa bahwa misalnya mereka akan memperkosa saya atau apa."

Pilihan mudah

Hukum prostitusi di Inggris tergolong rumit. Jika ada dua orang dewasa setuju untuk melakukan seks dengan imbalan uang, itu legal. Tetapi membuka rumah bordil, iklan layanan seks atau mendorong orang lain agar memberikan jasa seks komersial, tergolong ilegal.

Jenny mengatakan ia tak bisa lagi menghitung jumlah laki-laki yang pernah tidur dengannya. Menurut dia jumlahnya bisa "antara 300 dan 1.000 orang."
Dia mengaku tahu risiko kesehatan akibat tidur dengan begitu banyak orang.
"Saya dites darah setiap tiga bulan. Saya tidak pernah berhubungan seks tanpa kondom dengan mereka (klien) kendati sering diminta, namun saya tak mau ambil risiko."
Jenny berpikir bahwa, seperti juga baginya, uang adalah faktor pendorong bagi sebagian besar mahaiswi yang bekerja di industri seks.
"Seks sudah lebih diterima oleh masyarakat.
"Kita bisa mendapatkan uang dalam jumlah besar secara cepat, saya pikir banyak perempuan muda melihatnya sebagai pilihan yang mudah."
(dikutip dari: BBC)




Sunday, July 19, 2015

Kisah serdadu Jepang marahi pejuang Indonesia yang pengecut


Rahmat Shigeru Ono adalah mantan tentara Jepang yang kemudian berpihak kepada pasukan Indonesia. Setelah bergabung Shigeru Ono mengajari para pemuda Indonesia menjadi tentara untuk bertempur melawan dan mempertahankan kemerdekaan dari serangan Belanda.


Umumnya pemuda yang dilatih Rahmat hampir semuanya adalah pemuda desa. Para pemuda itu  sama sekali belum pernah menimba ilmu kemiliteran.  Inilah kisah  menarik soal Rahmat Ono dan pasukan gerilya yang dipimpinnya menghadapi serangan dari Belanda.


Pada Tanggal 17 Juni 1947, Letnan Rahmat Shigeru Ono mengintai posisi markas tentara Belanda di Mojokerto. Pasukannya berada dalam kondisi siap tempur membidik pasukan musuh. Rahmat Ono memberikan komando menyerang kepada seluruh pasukannya, suara tembakan beruntun gencar memecah kesunyian pagi. Tentara Belanda langsung memberikan serangan balik. Rentetan senapan otomatis menyalak galak dari markas musuh.


Rahmat Ono terkejut. Di tengah desingan peluru, suara tembakan balasan dari tentara Indonesia tidak terdengar lagi. Dia menengok ke belakang. Mantan sersan Jepang ini begitu kaget melihat seluruh pasukan Indonesia yang dipimpinnya sedang bersembunyi ketakutan di dalam lubang persembunyian.

Rahmat Ono naik pitam  melihat kepengecutan pasukannya. Dengan marah dia berteriak diantara  desingan peluru. "Ayo dengar suara tembakan dengan baik. Jika suaranya pyuu pyuu itu suara tembakan ke atas, masih aman. Jika suaranya buzt buzt itu tembakan ke depan. Berlindung, jangan keluar dari lubang persembunyian, balas tembakan dari lawan!" teriak Rahmat. Dia berhasil mengusir ketakutan para pemuda. Pelan-pelan anak buahnya mulai berani memberi tembakan balasan.


Pertempuran berlangsung seru. Tiba-tiba terdengar suara menggelegar. Pohon di belakang Rahmat Ono roboh. Sadarlah dia, Belanda ternyata memiliki artileri. Lubang perlindungan tentara Indonesia terkena tembakan arteleri meriam belanda yang mengakibatkan berhamburan keluar dari lobang perlindungan dan salah satu pejuang, Abdul Majid Yamano teruruk didalam lobang perlindungan itu. Rahmat sempat panik. Dia berlari ke arah lubang tersebut dan berteriak "Yamano.. Yamano.." 


Lubang perlindungan sudah tertutup tanah. Dia melihat ada seorang yang terkubur tanah akibat ledakan. Cuma terlihat mata dan mulut saja. Digalinya tanah itu, ternyata Abdul Majid Yamano. Untungnya Yamano masih hidup saat terkena peluru meriam. Rahmat merasa sangat bersyukur.


Cobaan belum selesai. Dalam serangan itu, pasukan Indonesia masih bisa bertahan karena mereka punya Jukikanju atau senapan mesin berat. Dalam sebuah pertempuran, senapan mesin berat ibarat jantung pasukan. 


Nah, tiba-tiba Jukikanju tersebut macet. Tak ada jalan lain, pasukan pun terpaksa mundur. 


Rahmat berpesan agar Jukikanju beserta kakinya dibawa mundur, jangan sampai ditinggal. Namun betapa marahnya dia saat mengetahui kaki Jukikanju itu tertinggal. Dia marah besar. Tanpa kaki penyangga, senapan mesin berat itu tak bisa digunakan lagi.

"Kalau tidak menghargai senjata seperti ini, pasti Indonesia tidak akan bisa merdeka. Saya akan mengambil kaki senjata ini, karena tidak boleh jatuh ke tangan tentara Belanda," kata Rahmat pada pasukannya.

Saat Rahmat hendak berangkat seorang diri, Abdul Majid Yamano mau ikut. Rahmat terharu karena itu misi bunuh diri. Untuk apa dua orang mati. Tapi Yamano tak mau mundur. Lewat perjuangan keduanya berhasil membawa pulang kaki senapan mesin tersebut.


"Ini bentuk kesetiakawanan antartentara. Tuhan membantu kita dan kita bisa selamat membawa kaki senjata itu," kenang Rahmat penuh haru.


Tapi dia juga mengenang kejadian itu sebagai sesuatu yang lucu. "Saking marahnya saya waktu kaki juki tertinggal, saya marah-marah pakai bahasa Jepang. Coba di antara para pemuda itu, siapa yang mengerti bahasa Jepang," kenang Rahmat Ono geli.


Kisah hidup Ono kemudian dituliskan menjadi buku oleh Eiichi Hayashi. Di Indonesia buku ini berjudul Mereka Yang Terlupakan, Memoar Rahmat Shigeru Ono. Diterbitkan Ombak tahun 2011.


Samurai Jepang ini meninggal dunia di Batu Malang, Senin (25/8) lalu. Dia adalah prajurit terakhir Jepang yang pernah tinggal dan membela Indonesia mempertahankan kemerdekaan. (Merdeka.com)


Baca juga:


30 kali ditolak kerja akhirnya jadi milyuner

Berpuluh tahun yang lalu, lelaki kurus ini bukanlah orang penting apalagi memiliki kekayaan yang melimpah. Dia cuma pengangguran yang minim prestasi sewaktu sekolah hingga kuliah. Namun siapa sangka Jack Ma, nama lelaki itu kini telah menjadi terkenal sebagai pendiri e-commerce Alibaba terbesar di China, perusahaan yang bersaing ketat dengan eBay milik Amerika.
 
Apa yang didapat oleh Jack Ma bukanlah suatu mukjijat. Keberhasilannya untuk menjadi pribadi yang sukses tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kesungguhan dan tekad kuatnya yang seperti bajalah yang membuat kesuksesan berpihak pada dirinya.

Seperti yang dikutip dari  businessinsider.co.id, Ma mengungkapkan dirinya sudah terbiasa dengan berbagai kesulitan dan penolakan-penolakan, bahkan untuk masuk kuliah pun, Ma sudah terlebih dahulu ditolak tiga kali oleh kampus.

Selepas lulus kuliah  30 kali Jack Ma mengalami penolakan kerja dari perusahaan yang ia kirimi lamaran untuk bekerja. Penolakan-penolakan itu nyaris membuatnya putus asa.

"Saya mau menjadi polisi, mereka bilang saya tidak pantas. Bahkan sewaktu saya melamar ke KFC di kota saya, dari 24 orang yang melamar hanya saya yang tidak diterima," kenang Ma.

Tak putus asa, di tahun 1999 bersama temannya Ma memiliki ide untuk mencoba usaha dibidang e-commerce. Jack Ma dan temannya tahu, untuk mendirikan usaha itu ia dan temannya harus kreatif  untuk mendapatkan bantuan modal dari bank. Modal didapat akhirnya dia meluncurkan produk e-commerce pertamanya  yang diberi nama Aliplay.

Banyak orang menyangsikan Aliplay yang mewadahi jual beli antar kurs dalam perdagangan internasional. "Mereka bilang ini ide paling bodoh yang pernah saya lakukan. Saya tidak peduli selama orang dapat menggunakannya," tutur dia.

Dengan keuletannya menjalankan bisnis e-commerce kini Ma dinobatkan sebagai orang terkaya di China dengan total kekayaan 20,4 miliar dolar. Bahkan produk perusahaan Ma mampu menarik 100 juta orang setiap harinya.

Ma pun tak gentar jika  harus bersaing dengan eBay yang tampak lebih perkasa. Jack Ma yakin kepercayaan pasar, utamanya di China sudah berada di dalam genggamannya. 

Jack Ma adalah inspirasi bagi orang yang ingin sukses dan pantang menyerah.

Saturday, July 18, 2015

Kisah Tukang Tatto Yakuza Yang Masuk Islam

Pria Jepang ini bernama Takazawa. Ia dikenal sebagai tukang tatto geng Yakuza yang ditakuti di Jepang. Dengan penampilan rambut yang gondrong dengan tubuh yang dipenuhi tato siapapun akan segan bila berhadapan dengannya.
Namun hidayah Allah datang dengan tak terduga dan hidaya itu datang kepada Taki Takazawa, sang pembuat tatto anggota geng Yakuza.

Kehidupan Takazawa telah berubah total dari sebelumnya. Perubahan besar terjadi ketika ia memutuskan untuk menjadi seorang muslim. Namanya pun kini berganti menjadi Abdullah Taki Takazawa.

Setelah mendalami Islam di masjid Nabawi atas bimbingan Imam Besar Masjid Nabawi selama berbulan-bulan Takazawa kini telah menjadi Imam besar di sebuah masjid di Ibukota Jepang, Tokyo.

Suara indahnya begitu menyejukkan ketika ketika ia mengumandangkan azan yang bisa terdengar hingga seantero Tokyo tiap kali waktu salat tiba.

Perkenalan Takazawa dengan Islam berlangsung secara tidak sengaja. Ketika itu Takazawa sedang beraada di wilayah Shibuya untuk suatu urusan. Ia melihat seseorang lelaki tua berwajah bersih dengan berkulit putih dan berjanggut putih. Orang itu mengenakan baju dan turban yang juga berwarna putih. Ledlaki bersurban putih itu mendatanginya dan memberikan kertas putih dan menyuruhnya untuk membaca kalimat yang ada dalam kertas itu.

Kalimat yang tertulis di kertas itu ternyata bertuliskan Syahadat yang artinya pengakuan bahwa Tiada Tuhan Selain Allah dan Muhammad Utusan Allah. Takazawa benar-benar tidak mengerti dengan tulisan itu, namun ia mencari tahu Ia juga sebelumnya pernah mendengar tentang Islam. Perjuangannya dalam mencari tahu tentang Islam akhirnya berbuah hasil. Takazawa memutuskan untuk menjadi muslim dan memutuskan untuk berhenti sebagai tukang tato.

2 tahun kemudian, diluar dugaan Takazawa bertemu lagi dengan lelaki bersurban putih yang telah memberinya 'kertas berharga' tersebut. Lelaki itu ternyata adalah Imam Besar di Masjdi Nabawi, kota Madinah, Arab Saudi. Imam Masjid Nabawi tersebut meminta Takazawa untuk melaksanakan ibadah haji dan sekaligus memperdalam ilmu Islamnya di Kota Mekah selama beberapa bulan.

Abdullah Taki Takazawa haji ke Mekah atas undangan pemerintah Arab Saudi pada tahun 2008, melanjutkan studi tentang melakukan dakwah selama berada di Saudi. Sewaktu Takazawa berada di Madinah ia bahkan pernah menjadi Imam di Masjid Nabawi.

Sepulangnya dari Arab, Takazawa dipercaya untuk menjadi Imam di sebuah masjid besar di wilayah Kabukicho, Tokyo. Kini, Abdullah Taki Takazawa dikenal sebagai satu dari lima Imam besar Masjid yang ada di Jepang. 

Friday, July 3, 2015

Menggotong masjid Raden Saleh (Al Makmur), Jakarta

Masjid Al Makmur atau lebih dikenal dengan sebutan Masjid Raden Saleh adalah salah satu mesjid tua yang ada di Jakarta yang dibangun pada tahun 1923/1924. Masjid ini merupakan pindahan dari sebuah mushola/mesjid sederhana dari kayu dan gedek, yang kurang lebih sejak tahun 1850 pernah berada dalam kebun luas pelukis termasyhur Raden Saleh. Istrinya Raden Saleh yang diceraikan (1864), menjual tanah beserta rumahnya kepada keluarga Alatas. Kurang lebih tiga puluh tahun sesudahnya bekas rumah Raden Saleh dibeli (1897) oleh Vereeniging voor Ziekenverpleging, yang membuka Koningin Emma Ziekenhuis, yaitu Rumah sakit Cikini, pada tahun berikutnya. Masjid ini dipindahkan dengan cara memanggulnya secara bergotong-royong beberapa meter ke arah timur ke tempat sekarang, yakni di tepi Ciliwung dan Jl. Raden Saleh. Pemindahan ini dilakukan demi kepentingan jemaat, supaya dapat menggunakan air Ciliwung yang masih bersih pada awal ke-20.

Sayid Ismail bin Sayid Abdullah bin Alwi Alatas menjual sebagian tanah bekas milik istri Raden Saleh kepada Koningin Emma Stichting untuk membangun dan mengurus Rumah Sakit Cikini. Pada tahun 1906 pengadilan memenangkan Sayid Ismail sebagia pemilik tanah yang sah. Maka, ia menjual tanah tempat masjid ini berdiri kepada rumah sakit (1923). Pada tahun 1924 pihak rumah sakit ingin supaya masjid yang masih berdiri di atas tanah yang dibelinya itu dipindahkan lebih jauh. Tetapi, jemaat maupun beberapa tokoh umat Islam di Batavia menentang rencana itu, karena tanah ini dianggap wakaf dari Raden Saleh untuk membangun masjid.

Sebuah panitia yang didukung antara lain oleh H. Agus Salim kemudian membangun masjid kembali hingga menjadi yang kokoh seperti sekarang. Pada tahun 1932/1934 terjadi perombakan dan penambahan gedung dengan dukungan Sarikat Islam. Menara masjid ini luar biasa untuk Jakarta, karena tidak lancip di atas, melainkan membentuk kubah. Masalah tanah baru selesai pada tahun 1991, waktu pihak Rumah Sakit Cikini menyerahkan tanahnya kepada Pengurus Masjid al Makmur. Dua tahun kemudian dilaksanakan pemugaran dan perluasan lagi hingga telihat lebih luas dan megah.

Wednesday, July 1, 2015

Sejarah Gerakan anti Cina di Indonesia 1959

Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 10 tahun 1959 adalah sebuah peraturan yang dikeluarkan pada tahun 1959 dan ditanda tangani oleh Menteri Perdagangan Rachmat Mujomisero yang berisi tentang larangan orang asing berusaha di bidang perdagangan eceran di tingkat kabupaten ke bawah (di luar ibu kota daerah) dan wajib mengalihkan usaha mereka kepada warga negara Indonesia [1]
Peraturan ini menjadi kontroversial karena pada penerapannya memakan korban jiwa (dikenal sebagai kerusuhan rasial Cibadak), dan mengakibatkan eksodus besar-besaran orang Cina (belum warganegara Indonesia) dan keturunan Tionghoa kembali ke Cina.

Latar belakang dan dampak

  • Setelah kemerdekaan pada tahun 1945, rakyat Indonesia mengalami euforia kemerdekaan dan merebut banyak perusahaan-perusahaan milik asing dan dinamakan "sentimen anti Belanda". Di antara perusahaan-perusahaan yang direbut termasuk Koninklijke Pakketvaart Maatschappij (KPM), sebuah perusahaan pelayaran milik Belanda yang melayani jalur transportasi dagang dari Belanda menuju Indonesia oleh kelompok buruh Marhaen, dan perebutan-perebutan lapangan-lapangan minyak oleh kelompok pekerja lapangan dan pengilangan minyak zaman kolonial yang bersenjata dan menamakan diri "Laskar Minyak"[2].
  • Namun setelah beberapa waktu pemerintah Indonesia menyadari bahwa orang Indonesia yang terlatih dan berpengalaman terlalu sedikit. Kaum pribumi pun tidak memiliki modal kuat dan nyaris tidak mungkin bersaing dengan perusahaan asing dan Tionghoa [3]. Perusahaan-perusahaan ini mengalami kemunduran setelah diambil alih. Sebagai jalan keluar ditanda tangani persetujuan di Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda yang isinya Pemerintah akan mengembalikan semua perusahaan asing yang telah diambil alih kepada pemiliknya. Sebagai gantinya untuk memperkuat ekonomi pribumi berdasarkan persetujuan Konferensi Meja Bundar maka pemerintah Indonesia diberikan hak untuk mengeluarkan peraturan yang melindungi kepentingan nasional dan "golongan ekonomi lemah".
  • Pada awal 1950 dikeluarkanlah Program Benteng importir oleh Menteri Kesejahteraan Djuanda, yang mengumumkan bahwa hanya pengusaha pribumi saja yang diberi izin mengimpor barang tertentu yang dikenal sebagai sebutan barang benteng. Dalam penerapannya hal ini menelurkan istilah "Ali Baba" yang berarti kongsi antara kaum pribumi yang memiliki akses birokrasi dengan pengusaha Cina.
  • Pada tanggal 19 Maret 1956 pada Kongres Importir Nasional Seluruh Indonesia di Surabaya, Asaat Datuk Mudo, Mantan Pejabat Presiden Republik Indonesia berorasi bahwa orang-orang Cina telah bersikap monopolistis dalam perdagangannya dengan tidak membuka jalan bagi penduduk pribumi untuk ikut berdagang.
Orang-orang Cina sebagai satu golongan yang eksklusif menolak masuknya orang-orang lain, terutama dalam bidang ekonomi. Mereka begitu ekslusif sehingga dalam praktiknya bersikap monopolistis...
. Sebagai penutup Asaat berkata bahwa ia percaya bahwa pada masa itu diperlukan perlindungan khusus di bidang ekonomi kepada warga negara Indonesia asli.
  • Dilihat dari fakta yang terjadi dilapangan pada era 1950an hampir semua toko di Indonesia dimiliki pengusaha keturunan Tionghoa. Mulai dari toko kelontong, toko bangunan, hingga toko makanan. Hal ini dibenarkan oleh pengamat budaya Betawi, Alwi Shahab yang menyatakan bahwa pada masa mudanya di daerah Kwitang, Jakarta Pusat, pusat perekonomian di Jakarta betul-betul bergantung pada pengusaha keturunan Tionghoa.
Jangan bayangkan ada warung Padang atau yang lain seperti sekarang. Semua dikuasai orang Cina
  • Pidato ini menjadi awal "gerakan Asaat" atau "pribumisasi" yang dinilai berpengaruh besar pada gerakan anti-Cina selanjutnya. Pada bulan November 1959 dikeluarkan PP Nomor 10 tahun 1959 yang berisi larangan untuk orang asing berusaha di bidang perdagangan eceran di tingkat kabupaten ke bahwa dan wajib mengalihkan usaha mereka kepada warga negara Indonesia, dan mereka diharuskan menutup perdagangannya sampai batas 1 Januari 1960. PP No.10 ini dimaksudkan untuk menyehatkan perekonomian nasional, namun menimbulkan ketegangan diplomatik antara Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok. Dalam pertemuan antara Menteri Luar Negeri Subandrio dengan Duta Besar Cina untuk Indonesia (Huang Chen) di Jakarta, pemerintah Peking mendesak peninjauan kembali PP No. 10 dan permintaan itu ditolak [4]. Selanjutnya di depan sidang parlemen, Menteri Subandrio menegaskan, sama sekali tidak diperdapat anasir-anasir anti Cina dalam hubungan pelaksanaan PP No. 10. Pelaksanaan PP No. 10 tersebut, selain merupakan dimulainya nasioanalisasi dan sosialisasi di bidang ekonomi, juga merupakan bagian pelaksanaan dalam revolusi Indonesia, katanya. Dalam nasionalisasi tersebut, PP No.10 memerintahkan agar usaha-usaha pedagang eceran bangsa asing di luar ibukota kabupaten harus ditutup dan pedagang itu hanya boleh berdomisili di tempat tinggalnya. Sedangkan tempatnya berjualan selama ini tidak dibenarkan digunakan untuk usaha dan semua barang-barangnya yang berada di dalam tempatnya berjualan harus diserahkan kepada koperasi[5]. Pemerintah Cina pun berang, pada tanggal 10 Desember 1959 radio Peking mengumumkan ajakan warga Cina perantauan untuk kembali ke "kehangatan Ibu Pertiwi". Kedubes RRT di Jakarta segera mendaftar Cina perantau yang tertarik oleh ajakan itu.
  • Pada praktiknya "orang asing" pada pasal ini terbatas hanya pada orang Tionghoa karena dari 86.690 pedagang kecil asing yang terdaftar, 90 persennya adalah orang Tionghoa. Saat peraturan ini diterapkan, sekitar 500 ribu pengusaha keturunan Tionghoa terimbas (Majalah Tempo) sedangkan Harian Waspada memiliki perhitungan lain, yaitu terdapat sekitar 25.000 warung/kios milik pedagang asing yang umumnya orang Cina yang terkena PP No. 10 (harian Waspada 1960) [6]. Tercatatat bahwa di beberapa tempat penerapannya juga dipaksakan dengan kekuatan militer; tidak hanya tidak diperbolehkan berdagang, namun orang Tionghoa dilarang tinggal di tempat tersebut. Di Curut, Cibadak, dan Cimahi hal ini memakan korban. Di Cimahi, Jawa Barat, terjadi pengusiran orang Tionghoa dan tentara menembak mati dua perempuan Tionghoa (Majalah Tempo). Namun harian Waspada yang terbit pada tahun 1960 menilai lain, secara umum pelaksanaan PP 10 berjalan lancar, namun di beberapa daerah wilayah Indonesia, seperti Bandung dan Medan, ada pedagang-pedangan asing (Cina) yang menyulitkan pelaksanaan PP 10 sehingga sempat menimbulkan gejolak. Banyak pedagang yang mencoba melakukan praktik spekulasi dengan menutupi/ mengosongkan tokonya dan menimbun barang dagangannya di gudang serta menaikkan harga bahan pokok. Apalagi setelah keluarnya peraturan pemerintah mengenai penyesuaian harga barang-barang. Sesuai instruksi khusus Kejaksaan Agung, di beberapa daerah termasuk di Sumut dibentuk Tim Pengawasan Ekonomi yang bertugas untuk mengadakan pengawasan di bidang ekonomi, menstabilkan harga, mengadakan tindakan drastis kepada siapapun juga yang menghalangi program sandang pangan yang dilakukan pemerintah. Tim Operasi Pengawasan Ekonomi yang dibentuk di Sumut berhasil menemukan 200 gudang di Medan yang menimbun bahan-bahan sandang pangan. Dan kepada pedagang bersangkutan dikenakan hukuman badan[7].
  • Menanggapi himbauan Pemerintah Peking, sekitar 199 ribu yang mendaftar, namun hanya 102 ribu yang terangkut ke Cina menggunakan kapal yang dikirim oleh pemerintah RRT.[8] [9]. Ketegangan berkurang setelah Perdana Mentri RRT Zhou Enlai menemui Presiden Soekarno.

Pro dan Kontra

Menurut sejarawan Mestika Zed dari Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat; Asaat Datuk Mudo merupakan nasionalis sejati yang selalu berpijak pada fakta di lapangan. Ekonomi pribumi pada waktu itu (setelah kemerdekaan) lemah, terkatung-katung, dan tidak ada yang membela. Sementara sejak masa kolonial kedudukan ekonomi orang Cina selalu di atas pribumi. Setelah Indonesia merdeka, mereka menguasai perekonomian mulai dari skala kecil, menengah, hingga yang besar. Gagasan Assaat belakangan diterapkan oleh Tunku Abdul Rahman dan Mahathir Mohammad sebagai kebijakan ekonomi untuk melindungi mayoritas melayu di Malaysia.

Menilik dari sejarahnya, pada awal kemerdekaan keturunan Cina selalu dicurigai karena mereka terbagi dalam tiga kelompok yaitu; "pro Belanda", "pro pemerintah Cina", dan "pro pergerakan nasionalisme Indonesia". Ada juga kelompok warga Tionghoa yang menyetujui "pembauran" atau "pribumisasi" warga Tionghoa melalui Islam dan PITI sebagai organisasi Islam. Buya Hamka termasuk dalam kelompok ini. Mereka telah memberikan kesempatan dan dukungan pada warga Tionghoa untuk membuktikan bahwa mereka ingin dan mau berusaha menjadi warga negara Indonesia yang "baik". Sebaliknya warga pribumi juga banyak yang bersahabat dan pernah bekerja sama dengan warga Tionghoa dalam pergerakan nasionalisme Indonesia. Beberapa tokoh Tionghoa pun berusaha keras mendorong "kembalinya" warga Tionghoa ke pangkuan Republik Indonesia. Yap Thiam Hien, pengacara yang terkenal berjiwa nasionalis Indonesia mendirikan Baperki (Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia) pada 1954. Organisasi yang bertujuan untuk "mewarganegarakan warga Tionghoa" khususnya mereka yang berorientasi kepada pemerintah Belanda dan kepada Pemerintah Cina. Lembaga ini juga berjasa menyusun Undang-Undang kewarganegaraan Tahun 1958 yang diimplementasikan pada awal 1960 [10]

Namun Leo Suryadinata, pengajar di Universitas Nasional Singapura berpendapat bahwa baik peraturan benteng maupun PP 10 tahun 1959 adalah awal perlakuan anti-Tionghoa di Indonesia. Menurutnya pada zaman kolonial orang Cina umumnya hanya pedagang kecil, namun setelah Indonesia merdeka kedudukan bisnis mereka lebih kuat, karena itu pengusaha dan pedagang "pribumi" merasa tidak bisa bersaing dan ingin mengambil alih bisnis orang Tionghoa dengan kekuatan pemerintah. Aturan diskriminatif ini juga dilansir sebagai upaya melestarikan politik pecah belah.
(sumber: wikipedia.org)