Ibu dikenal sebagai wanita mau melakukan apa pun untuk anak-anaknya. Cerita Jamila Abdulle adalah sebuah contoh bagaimana ia benar-benar rela berkorban demi anak-anaknya di dalam pengungsian.
Pada tahun 2009, Jamila harus berjalan 1.200 kilometer ke negara lain, sambil membawa anak yang sakit dalam pelukannya dengan harapan mencari perhatian medis. Dia melakukan perjalanan dari Mogadishu, Somalia ke Kampala, Uganda untuk menyelamatkannya putrinya yang berusia 5 tahun, Sagal. Sagal lahir dengan lubang di jantunginya dan ia sangat membutuhkan pertolongan medis yang tak mungkin bisa ditemukan di daerah yang dilanda perang saudara, apalagi untuk menelepon ke rumah.
Jamila membuat keputusan sulit untuk meninggalkan suaminya dan tujuh anak-anak lain untuk mencari bantuan. Dia bergabung dengan kelompok pengungsi pria, wanita lanjut usia dan anak-anak, melakukan perjalanan selama 21 hari. Jamila bahkan ikut pula membantu wanita hamil disamping ia harus merawat anaknya. Sayangnya kondisi Sagal semakin memburuk sepanjang jalan pengungsian.
Untungnya Jamila bertemu keluarga Somalia yang lain di sebuah kamp pengungsi di Kampala, Sagal kemudian dirujuk ke rumah sakit yang milik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dari sana, persiapan telah dilakukan untuk mengirim Jamila dan Sagal ke Phoenix melalui Komite Penyelamatan Internasional di September 2011 Setelah tiba, Sagal menerima operasi jantung terbuka dan jauh lebih sehat sekarang. Sagal sekarang dapat berlari dan bermain dengan anak-anak lain di lingkungannya.
Tantangan masih terbentang di depan untuk Jamila di rumah barunya. Dia telah mendapat sejumlah bantuan dari IRC dan dua orang temannya dari Somalia. IRC memberikan pendidikan pada tentang ketenagakerjaan keadaan kritis termasuk pelatihan dan pekerjaan aplikasi kejuruan. Meskipun banyak rintangan, Jamila berharap bisa menjadi relawan di Phoenix. Dia senang putrinya telah sembuh dan mengatakan bagian favorit dari menjadi seorang ibu adalah "keindahan berada bersama anak-anak saya."
Jamila telah melakukan pekerjaan yang luar biasa dalam merawat tidak hanya dirinya sendiri, putrinya tetapi pengungsi lain yang juga menderita. Jamila dan Sagal sangat cerdas, mandiri, dan individu yang positif. Mereka sangat penuh kasih dan sangat ramah. Jamila juga sangat bersemangat untuk belajar hal-hal baru, terutama menguasai bahasa Inggris.
Jamila berharap seluruh keluarganya akan bergabung dengannya di Phoenix sesegera mungkin. Dengan bantuan dari IRC Jamila ingin belajar bahasa Inggris, mencari pekerjaan dan akhirnya membeli rumah sendiri. Apa yang memberinya kekuatan katanya adalah keinginannya untuk menyelesaikan pelatihan keperawatan sehingga dia dapat memiliki lebih banyak kesempatan untuk menolong banyak orang. Tidak peduli apa siapa pun orang yang ditolongnya. Untuk itu Jamila bersedia untuk perjalanan jauh dan meninggalkan keluarganya demi menolong orang yang membutuhkan bantuannya.