Monday, August 11, 2014

Kisah nyata: Pengorbanan Seorang Ibu Bermata Satu

Ibuku hanya memiliki satu mata. Aku benci dia. Bagiku dia sangat memalukanku. Ibuku mengelola sebuah toko kecil di pasar loak. Dia mengumpulkan gulma kecil dan semacamnya untuk dijual. Berapa pun untuk uang yang kami butuhkan dia tak akan malu untuk melakukan hal seperti itu. Ini terjadi semasa aku masih duduk disekolah dasar. Aku ingat dalam suatu perayaan di sekolah, dan ketika itu ibuku datang. Aku sangat malu. Bagaimana dia bisa melakukan ini padaku? Aku melemparkan tatapan penuh kebencian dan berlari keluar. Keesokan harinya di sekolah teman-temanku mengejek "Ibumu hanya memiliki satu mata ?!" dan begitulah setiap teman yang berpapasan dengan denganku selalu mengejekku dengan sebutan dengan anak yang memiliki ibu satu mata. Saya berharap bahwa ibu saya akan tenggelam kedalam perut bumi. 

Pada suatu hari aku berkata pada ibuku , "Bu, kenapa ibu tidak memiliki mata lainnya ?! Ibu hanya membuat saya jadi bahan tertawaan. Kenapa ibu tidak mati saja?" Ibuku tidak menanggapi. Saya kira saya merasa sedikit berlaku buruk pada ibu, tetapi pada saat yang sama, sebaliknya saya merasa saya telah mengatakan secara jujur pada ibu apa yang saya rasakan dan ungkapkan selama ini. Mungkin karena itu ibu tidak memarahi dan menghukum saya, tapi saya tidak berpikir bahwa saya telah menyakiti perasaannya. 

Malam itu ... aku bangun, dan pergi ke dapur untuk mengambil segelas air. Ibuku menangis di sana, secara diam-diam, seolah-olah dia takut tangisannya  mungkin membangunkan saya. Aku melihat dia, dan kemudian berbalik. Ada sesuatu mencubit di dalam sudut hatiku. Meskipun demikian, aku benci ibuku yang menangis dari satu matanya itu. Jadi saya berkata pada diriku sendiri bila aku akan tumbuh dewasa dan menjadi sukses, aku akan ibuku yang bermata satu dan hidup penuh kemiskinan. 

Kemudian saya belajar sangat keras. Aku meninggalkan ibu saya untuk datang menuju Seoul dan belajar, dan  akhirnya diterima di Universitas Seoul dengan segala prestasi yang aku miliki. Setelah itu, saya menikah. Saya membeli rumah sendiri lalu aku punya anak juga. Sekarang aku hidup bahagia sebagai seorang pria yang sukses. Aku suka di sini karena itu adalah tempat yang tidak mengingatkan saya tentang ibuku. Kebahagiaan ini semakin besar dan besar, namun tanpa terduga kebahagiaan saya terusik, seseorang datang menemui saya "Apa ?! Siapa ini ?! "Itu ibuku ... Masih dengan satu matanya. Rasanya seolah-olah seluruh isi langit runtuh menimpa diri saya. Gadis kecilku lari ketakutan melihat mata ibuku. Dan saya bertanya kepada perempuan itu, "Siapa kau? Aku tidak kenal kamu ini siapa!! " Seolah-olah aku sama sekali tidak ingin mengenalnya. Aku berteriak padanya "Beraninya kamu datang ke rumahku dan menakut-nakuti anak saya! Keluar kamu dari rumah ini sekarang !! "

Dan untuk ini, ibu saya terdiam lalu setelah itu menjawab," Oh, Maaf. Mungkin saya salah alamat, saya sangat menyesal " dan kemudian ia pergi lalu menghilang. Syukurlah ... Ibu tidak mengenali saya. Saya pun merasa lega. Aku berkata pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan peduli, atau berpikir tentang hal ini selama sisa hidup saya. Kemudian gelombang lega datang kepada saya ... suatu hari, sebuah undangan reuni sekolah datang ke rumah saya. Aku berbohong kepada istri saya dengan mengatakan bahwa saya akan perjalanan bisnis. Setelah reuni, aku pergi ke gubuk tua, yang saya gunakan untuk menelepon rumah ... hanya karena ingin tahu apakah ibuku ada dirumah itu. Saya menemukan ibuku terjatuh terlentang di tanah yang dingin. Tapi aku tidak sempat meneteskan air mata. Di dalam baringnya di menggenggam sepotong kertas di tangannya, surat yang ditujukan kepada saya:

" Anakku, Ibu pikir hidup ibu sudah cukup lama.. Dan...dan ibu tidak akan mengunjungi Seoul lagi ... Sebaliknya ibu bertanya akankah kamu datang untuk menemui ibu walau hanya sesaat? Ibu sangat merindukanmu ... dan Ibu sangat senang ketika  mendengar kau akan datang untuk reuni sekolah. Tapi ibu memutuskan untuk tidak pergi ke sekolah untuk menjaga nama baikmu, anakku. Ibu minta maaf bahwa ibu hanya memiliki satu mata, dan itu akan membuat kamu malu anakku."

Lihatlah nak, ketika sewaktu kamu masih kecil, ketika kamu tertimpa kecelakaan, dan kamu kehilangan mata, sebagai seorang ibu, ibu tidak tahan melihat engkau akan tumbuh dengan hanya satu mata ... jadi aku memdonorkan mata ibu untukmu. Namun demikian ibu sangat bangga dengan memiliki satu mata karena ibu dapat melihat dunia baru tempat di mana ibu hidup.

Ibu tidak pernah marah padamu anakku untuk apa pun yang lakukan lakukan pada ibumu. Seberapa banyak kamu marah dengan ibu, ibu selalu berpikir, ' Itu karena kamu mencintai ibu ...' Anakku. Oh, anakku ... Ibu tidak ingin kau menangisi kematian ibu. Anakku, ibu sangat mencintaimu, aku sangat mencintaimu.

Baca lebih lanjut 

No comments:

Post a Comment