Maariya Aslam yang tinggal di Luton, Inggris, mulai menghafalkan
Quran sejak usia lima tahun dan menghafalkannya dalam waktu dua tahun.
Upaya menghafal Quran dilakukan sambil menggalang dana untuk anak-anak di Suriah dan terkumpul sekitar £3.500 (Rp67 juta).
Ibunya menulis di akun Facebook anak delapan tahun ini, "Maariya membuat
kami sangat bangga sebagai orang tua. Semoga semua orang yang
tersentuh, ikut mendoakan agar dia tetap menjadi contoh bagi jutaan
anak-anak di seluruh dunia dan tetap menonjol dalam mempelajari Islam."
"Kami sangat berterima kasih kepada setiap orang yang suka dengan
laman (Facebook) kami. Untuk mendapatkan lebih dari 10.000 suka atau like dalam kurang dari empat bulan merupakan capaian besar dan menunjukkan bagaimana Hafiza Maariya menjadi inspirasi."
Sejumlah
komentar tentang Maariya melalui Facebook BBC Indonesia antara lain
dari Erdyanto Dwi Nugroho yang menulis, "Mudah-mudahan besarnya menjadi
orang yang dibanggakan oleh masyarakatnya sana. Dan dia bakalan menjadi
wajah baru orang muslim Inggris yang mulai moderat dari tahun ke tahun."
Sementara Haniheni Heni menulis singkat, "Mulia sekali hatimu dik."
Alan Rooney, seorang pria tengah baya asal Skotlandia bercerita mengapa ia masuk agama Islam tanpa pernah bertemu dengan seorang Muslim. Alan
Rooney tinggal di daerah pegunungan Skotlandia, Inverness.
Perjalanannya sampai masuk Islam dimulai saat ia berlibur ke Turki
sekitar lima tahun lalu.
Di Turki Rooney mendengar suara azan dari masjid
setempat saat berlibur di pantai Turki dan mulai saat itu ia memulai
perjalanan spiritualnya.
"Begitu kembali ke Inverness, saya ke toko buku dan membeli Quran dan
mulai membacanya. Saat membacanya, saya meminta kepada Tuhan untuk
menuntun saya dalam perjalanan ini," kata Rooney.
"Saya juga mulai salat," kata Rooney dan menambahkan ia banyak melakukan penelitian melalui online tentang Islam.
"Saya
terus membaca Quran, saya baca tiga kali, mencari kelemahannya. Namun
tidak ada. Saya merasa nyaman dengan semuanya," tambah Rooney sebelum
akhirnya ia membaca syahadat tanda masuk Islam tiga tahun lalu.
Proses belajar tentang Islam ini memakan waktu 18 bulan dan bercerita
bahwa ia "melakukan salat lima waktu dan berpuasa di bulan Ramadan."
Rooney
mengatakan selama Ramadan dengan waktu puasa di Inverness - yang
terpanjang di Inggris dan hampir 20 jam- banyak ia gunakan untuk beribadah
termasuk dengan melakukan salat tarawih.
"Paling tidak tiga kali sehari saya salat di Masjid Inverness, termasuk salat Jumat."
"Saat Idul Fitri adalah saat di mana saya bertemu dengan banyak orang
dari berbagai negara dan bahasa, bersilaturahmi satu sama lain."
Muhammad Ali dalam puncak karirnya, merupakan pria yang paling terkenal di planet bumi.
Bakat tinjunya makin berkembang karena kepercayaan dirinya yang sangat besar.
"Saya
adalah yang terhebat," kata dia, dan siapa yang bisa meragukan seorang
pria yang memenangkan gelar juara dunia kelas berat selama tiga kali.
Dia terkenal lantang mendukung hak-hak sipil yang membuatnya dicintai oleh jutaan orang di dunia.
Di
masa hidupnya, Ali pernah ditanya bagaimana dia ingin dikenang. Dan ia
menjawab bahwa ia ingin dikenang "Sebagai seorang pria yang tidak pernah
menjual kaumnya. Tetapi jika itu terlalu berlebihan, maka (kenanglah)
sebagai seorang petinju yang baik. Saya tidak akan keberatan jika Anda
tidak menyebutkan bagaimana gantengnya saya."
Kehilangan sepeda
Ali
lahir dengan nama Cassius Marcellus Clay di Louisville, Kentucky, pada
17 Januari 1942, anak seorang pelukis reklame. Dia diberi nama
berdasarkan nama seorang pejuang penghapusan perbudakan yang terkenal
pada abad ke-19.
Ketika dia berusia 12 tahun, dia melaporkan
kehilangan sepeda, dan mengatakan kepada seorang petugas polisi bawah
dia ingin 'menghajar' pencurinya.
Petugas polisi, Joe Martin, yang melatih para
petinju kanak-kanak di sebuah pusat olahraga lokal, menyarankan bocah
ini untuk belajar tinju terlebih dahulu sebelum dia menantang si
pencuri.
Clay dengan cepat berlaga di ring, dan memulai debutnya
pada 1954 dalam sebuah pertandingan amatir yang berlangsung selama tiga
menit.
"Dia berhasil karena dia memiliki tekad yang lebih tinggi
dibandingkan sebagian besar anak lain," kata Martin. "Dia merupakan
pekerja paling keras dibanding anak-anak lain yang pernah saya latih."
Selama lima tahun, karir amatirnya berkembang dan dia menang di berbagai kejuaraan Golden Gloves Tournament of Champions pada 1959.
Pada
1960 dia terpilih masuk dalam tim AS untuk Olimpiade Roma. Awalnya dia
menolak pergi karena dia takut terbang. Akhirnya dia pun pergi dengan
membawa parasut bekas dan menyiapkannya selama penerbangan, menurut anak
laki-laki Joe Martin.
Tidak sia-sia. Pada 5 September 1960, dia
mengalahkan petinju Polandia Zbigniew Pietrzykowski untuk menjadi juara
Olimpiade di kelas berat ringan.
Dia mendapat sambutan sebagai
pahlawan ketika timnya kembali ke New York, tetapi ia dihadapkan pada
masyarakat AS yang terbelah ketika kembali ke kampung halamannya di
Kentucky: ia ditolak masuk sebuah restoran.
Dalam otobiografinya
di tahun 1975, Ali mengklaim bahwa dia melempar medali Olimpiadenya
karena jijik tetapi kemudian dia mengungkapkan medali itu hilang setahun
setelah kembali dari Roma.
Habis-habisan
Meski
baru berusia 18 tahun, dia bergabung dengan tinju berbayar dan kemudian
memulai karir profesionalnya di tahun yang sama dengan kemenangan angka
enam ronde dari Tunney Hunsaker, seorang kepala polisi dari West
Virginia.
"Clay cepat seperti petir," kata Hunsaker setelah
pertandingan."Saya berusaha menggunakan trik yang saya ketahui untuk
mengalahkan dia tetapi dia sangat bagus."
Ali kemudian ditangani pada Angelo Dundee, pelatih yang berperan besar dalam kesuksesan karir tinjunya.
Kemenangan demi kemenangan diraihnya, diperkuat oleh promosi diri yang habis-habisan, membawanya dalam ketenaran.
Sikap Clay yang luar biasa di atas ring yang bagai melakukan tarian mengeliling lawannya seperti petinju kelas ringan.
Dia mengajari mereka, dia memuaskan banyak orang dengan gayanya, kaki yang terus bergerak dan refleks yang cepat.
Di luar ring, Clay melawan rasisme yang ketika itu masih menjadi persoalan besar di AS pada 1960an.
Dalam
kurun waktu itu pula Clay memeluk agama Islam dan mengubah namanya
menjadi Muhammad Ali. Dia mengatakan Cassius Clay, merupakan 'nama
budaknya,' dan dia protes terhadap sejumlah orang yang tetap menggunakan
nama lahirnya.
Di luar tinju Ali pernah menolak mengikuti wajib
militer, dan mendapatkan hukuman penjara atas sikapnya. Dia diganjar
lima tahun penjara, tetapi setelah tiga tahun muncul penolakan dari
warga AS terhadap perang Vietnam. Kemudian Ali mendapatkan penangguhan
hukuman dan kembali ke ring pada 1970 dengan menang atas Jerry Quarry.
Tetapi
kemudian pada 1971 Ali kalah untuk pertama kalinya dalam karir
profesionalnya oleh Joe Frazier. Ali kembali meraih kemenangan dari
Frazier tiga tahun kemudian.
Mungkin momen terbaik Ali pada Oktober 1974 ketika dia mengalahkan George Foreman di Zaire yang disebut sebagai pertandingan "Rumble in the Jungle".
Pada usia 32 tahun, Ali menjadi pria kedua dalam sejarah yang meraih kembali juara dunia kelas berat.
Setahun kemudian, Ali bertemu dengan Frazier untuk ketiga kalinya yang dijuluki "Thrilla in Manila," yang bisa jadi merupakan pertandingan paling brutal dalam sejarah tinju kelas berat.
Ali
mengatakan saat itu dia sangat dekat dengan kematian di ring tinju,
tetapi kemudian dia menang setelah kubu Frazier menghentikan
pertandingan setelah ronde ke-14.
Ali dapat dan mungkin harus pensiun pada saat itu, tetapi dia bertanding kembali.
Pada
Februari 1978, dia kehilangan gelarnya yang direbut Leon Spinks,
pemenang medali Olimpiade 1976 yang lebih muda 12 tahun darinya.
Delapan bulan kemudian dia kembali ke laga tinju dunia, dengan jumlah penonton yang mencapai jutaan.
Saat itu Ali menang gelar juara dunia untuk ketiga kalinya pada usia 36 tahun.
Penghargaan
Ali
dikenal sangat dermawan, meski diperkirakan dia menghasilkan uang lebih
dari $60 juta dollar dari ring tinju, tetapi pada 1979, hartanya tak
banyak. Bisa jadi itu merupakan salah satu alasannya untuk tidak
mundur dari ring tinju, tetapi dia kalah dan gelar juaranya pindah ke
mantan rekan latihannya Larry Holmes di Las Vegas pada 1980.
Ali
kemudian kembali bertanding melawan petinju Kanada Trevor Berbick pada
Desember 1981, dan setelah kalah angka, akhirnya dia pun menggantung
sarung tinju di usia 40 tahun.
Setelah itu muncul berbagai kabar tentang
kesehatannya. Dia cadel ketika berbicara, berjalan dengan menyeret kaki
dan seringkali tampak mengantuk.
Ali didiagnosa menderita Parkinson, tetapi dia terus bepergian untuk memenuhi berbagai undangan di sejumlah negara.
Sejumlah
penghargaan pun diberikan kepada Muhammad Ali, pada 2005, dia
mendapatkan dua penghargaan sipil tertinggi di AS - Presidential
Citizens Medal dan Presidential Medal of Freedom - atas teladan yang
diberikan kepada negara.
Di tahun yang sama dia tampil dalam
pembukaan lembaga non-profit Muhammad Ali Center di Louisville,
Kentucky, yang mempromosikan perdamaian, tanggung jawab sosial dan
penghormatan.
Sepanjang 21 tahun karirnya, Muhammad Ali membukukan 56 kemenangan dengan 35 KO dan lima kali kalah.
Salah satu pertandingannya berlangsung di jakarta, saat mengalahkan juara Belanda, Rudie Lubers, tahun 1973. (sumber: BBC Indonesia)
Praktek mengirim pesan melalui mimpi adalah upaya untuk melakukan
komunikasi jarak jauh dengan orang lain. Hal ini terjadi karena adanya
fakta bahwa pikiran manusia saling terhubung oleh gelombang otak dalam
dimensi subyektif dan dapat saling mempengaruhi. Komunikasi subyektif
dilakukan tanpa bertemu langsung dengan target atau dari jarak jauh.
Komunikasi subyektif adalah komunikasi satu arah sehingga kitalah yang
memegang kendali. Dalam komunikasi subyektif kita sendiri yang
menentukan apa yang akan kita sampaikan tanpa ada reaksi balik dari
target. Ada empat tahapan dalam melakukan komunikasi subyektif, yaitu:
1. Memprogram pikiran bawah sadar untuk menciptakan kontak pikiran dengan target.
Komunikasi subyektif diawali dengan kontak pikiran yang dilakukan sesaat
sebelum tdur. Setelah pikiran bawah sadar diprogram sesaat sebelum
tidur, maka ia akan melaksanakan tugasnya pada saat anda sedang tudur.
Pada saat tidur pikiran manusia melalui beberapa siklus gelombang otak,
yaitu Beta, Alfa, Theta dan Delta. Pada kondisi Alfa pikiran bawah sadar
anda dengan pikiran target akan bertemu. Pada saat itulah terjadi
kontak pikiran dengan target anda, dan pikiran bawah sadar anda akan
melakukan tugasnya dengan baik.
2. Kontak pikiran tercipta.
Ketika kontak pikiran terjadi, saat dalam tidur anda akan terbangun
sendiri tanpa ada orang atau sebab lain yang membangunkan. Setelah
terjadi kontak pikiran lakukan persiapan untuk mempertahankan kontak
pikiran tersebut tanpa harus tertidur lagi. Usahakan supaya anda tidak
mengantuk lagi selama kurang lebih 15 menit.
3. Masuk dalam kondisi Alfa dan lakukan komunikasi secara subyektif.
Duduklah dengan nyaman di tempat tidur anda dengan bersandar. Untuk
mencapai taraf ini, anda perlu mengatur pernafasan sehingga bisa
berkomunikasi. Setelah mencapai kondisi Alfa bayangkan anda sedang
berhadapan dengan target anda dan lakukan komunikasi. Dalam komunikasi
sampaikan siapa anda dan tujuan anda. Gunakan formula "Win-win
Solution". Artinya anda mendapat keuntungan dan target juga akan
mendapat manfaat dari maksud anda.
4.Percepat terwujudnya maksud anda dengan imajinasi kreatif.
Setelah komunikasi selesai, bayangkanlah atau imajinasikanlah secara
kreatif bahwa apa yang anda inginkan dari komunikasi tersebut sudah
terwujud. Pikiran bawah sadar akan menjadikan kenyataan atas apa yang
anda yakini sudah terwujud.
Setelah semua langkah diatas telah anda lakukan, nantikan hasilnya
dengan keyakinan dan pikiran positif. Setiap kali anda mengingat maksud
atau keinginan anda, bayangkanlah atau ingatlah bahwa hasil akhir yang
anda inginkan sudah menjadi kenyataan.
Wanita
itu berjalan agak ragu memasuki hotel berbintang lima. Petugas sekuriti yang
berdiri di samping pintu hotel memandang curiga pada wanita itu, dan tetap
terus mengawasinya di lobby hotel mewah itu. Petugas satpam itu memperhatikan
sekian lama, ada sesuatu yang harus dicurigainya terhadap wanita itu. Dua kali
pelayan hotel mendatanginya untuk menawarkan minuman namun perempuan itu tetap
menggelengkan kepala. Mejanya masih kosong. Tak ada makanan atau minuman yang
dipesan. Lalu, untuk apa perempuan itu duduk seorang diri di pojok lobby hotel?.
Apakah ia sedang menunggu seseorang?. Perempuan itu usianya nampak belum
terlalu dewasa. Tapi tak bisa juga dibilang masih remaja belia. Petugas satpan
itu akhirnya mendekati perempuan muda itu dan bertanya: “Maaf, Apakah anda
sedang menunggu seseorang? “ ” Tidak! ” Jawab wanita itu sambil menatap
wajahnya kearah ke petugas keamanan tersebut.” Lalu, untuk apa anda berada
disini?” ” Apakah tidak boleh? ” Wanita itu mulai memandang ke arah sang
petugas satpam dengan tatapan mata tajam.. ” Maaf, Nona. hotel mewah ini diperuntukkan bagi orang yang ingin menginap dan menikmati layanan hotel kami”
” Maksud, bapak? “
” Anda harus
memesan sesuatu baik itu makanan atau minuman sebagai syarat sebagai pengunjung hotel ini agar anda bisa duduk ”
” Nanti saya akan pesan setelah saya
ada uang. Tapi sekarang, izinkanlah saya duduk di sini untuk sesuatu yang akan
saya jual ” Kata wanita itu dengan suara lambat. ” Jual? Apakah anda menjual
sesuatu di sini? ” Petugas satpam itu memperhatikan wanita itu. Tak nampak ada
barang yang akan dijual. Mungkin wanita ini adalah pramuniaga yang hanya
membawa brosur. ” Ok, lah. Apapun yang akan anda jual, ini bukanlah tempat
untuk berjualan. Mohon mengerti. ” ” Saya ingin menjual diri saya, ” Kata
wanita itu dengan tegas sambil menatap dalam-dalam kearah petugas satpam itu.
Petugas satpam itu terkesima sambil melihat ke kiri dan ke kanan. ” Mari ikut
saya, ” Kata petugas satpam itu memberikan isyarat dengan tangannya. Wanita itu
menangkap sesuatu tindakan kooperativ karena ada secuil senyum di wajah petugas
satpam itu. Tanpa ragu wanita itu melangkah mengikuti petugas satpam itu. Di
koridor hotel itu terdapat kursi yang hanya untuk satu orang. Di sebelahnya ada
telepon antar ruangan yang tersedia khusus bagi pengunjung yang ingin
menghubungi penghuni kamar di hotel ini. Di tempat inilah deal berlangsung. ”
Apakah anda serius? ” ” Saya serius ” Jawab wanita itu tegas. ” Berapa tarif
yang anda minta? ” ” Setinggi-tingginya. .” ” Mengapa?” Petugas satpam itu
terkejut sambil menatap wanita itu. ” Saya masih perawan ” ” Perawan? ”
Sekarang petugas satpam itu benar-benar terperanjat. Tapi wajahnya berseri.
Peluang emas untuk mendapatkan rezeki berlebih hari ini.. Pikirnya ” Bagaimana
saya tahu anda masih perawan?” ” Gampang sekali. Semua pria dewasa tahu
membedakan mana perawan dan mana bukan.. Ya kan?” ” Kalau tidak terbukti? “ ”
Tidak usah bayar …” ” Baiklah …” Petugas satpam itu menghela napas. Kemudian
melirik ke kiri dan ke kanan. ” Saya akan membantu mendapatkan pria kaya yang
ingin membeli keperawanan anda. ” ” Cobalah. ” ” Berapa tarif yang diminta? ” ”
Setinggi-tingginya. ” ” Berapa? ” ” Setinggi-tingginya. Saya tidak tahu berapa?
” ” Baiklah. Saya akan tawarkan kepada tamu hotel ini. Tunggu sebentar ya. ”
Petugas satpam itu berlalu dari hadapan wanita itu. Tak berapa lama kemudian,
petugas satpam itu datang lagi dengan wajah cerah. ” Saya sudah dapatkan
seorang penawar. Dia minta Rp. 5 juta. Bagaimana?” ” Tidak adakah yang lebih
tinggi? ” ” Ini termasuk yang tertinggi, ” Petugas satpam itu mencoba
meyakinkan. ” Saya ingin yang lebih tinggi…” ” Baiklah. Tunggu disini …”
Petugas satpam itu berlalu. Tak berapa lama petugas satpam itu datang lagi
dengan wajah lebih berseri. ” Saya dapatkan harga yang lebih tinggi. Rp. 6 juta
rupiah. Bagaimana?” ” Tidak adakah yang lebih tinggi?” ” Nona, ini harga sangat
pantas untuk anda. Cobalah bayangkan, bila anda diperkosa oleh pria, anda tidak
akan mendapatkan apa apa. Atau andai perawan anda diambil oleh pacar anda,
andapun tidak akan mendapatkan apa apa, kecuali janji. Dengan uang Rp. 6 juta
anda akan menikmati layanan hotel berbintang untuk semalam dan keesokan paginya
anda bisa melupakan semuanya dengan membawa uang banyak. Dan lagi, anda juga
telah berbuat baik terhadap saya. Karena saya akan mendapatkan komisi dari
transaksi ini dari tamu hotel. Adilkan. Kita sama-sama butuh… ” ” Saya ingin
tawaran tertinggi … ” Jawab wanita itu, tanpa peduli dengan celoteh petugas
satpam itu. Petugas satpam itu terdiam. Namun tidak kehilangan semangat. ”
Baiklah, saya akan carikan tamu lainnya. Tapi sebaiknya anda ikut saya. Tolong
kancing baju anda disingkapkan sedikit. Agar ada sesuatu yang memancing mata
orang untuk membeli. ” Kata petugas satpam itu dengan agak kesal. Wanita itu
tak peduli dengan saran petugas satpam itu tapi tetap mengikuti langkah petugas
satpam itu memasuki lift. Pintu kamar hotel itu terbuka. Dari dalam nampak pria
bermata sipit agak berumur tersenyum menatap mereka berdua. ” Ini yang saya
maksud, tuan. Apakah tuan berminat? ” Kata petugas satpam itu dengan sopan.
Pria bermata sipit itu menatap dengan seksama ke sekujur tubuh wanita itu … ”
Berapa? ” Tanya pria itu kepada Wanita itu. ” Setinggi-tingginya ” Jawab wanita
itu dengan tegas. ” Berapa harga tertinggi yang sudah ditawar orang? ” Kata
pria itu kepada sang petugas satpam. ” Rp.. 6 juta, tuan ” ” Kalau begitu saya
berani dengan harga Rp. 7 juta untuk semalam. ” Wanita itu terdiam. Petugas
satpam itu memandang ke arah wanita itu dan berharap ada jawaban bagus dari
wanita itu. ” Bagaimana? ” tanya pria itu. ”Saya ingin lebih tinggi lagi …”
Kata wanita itu. Petugas satpam itu tersenyum kecut. ” Bawa pergi wanita ini. ”
Kata pria itu kepada petugas satpam sambil menutup pintu kamar dengan keras. ”
Nona, anda telah membuat saya kesal. Apakah anda benar benar ingin menjual? ” ”
Tentu! ” ” Kalau begitu mengapa anda menolak harga tertinggi itu … ” ” Saya
minta yang lebih tinggi lagi …” Petugas satpam itu menghela napas panjang.
Seakan menahan emosi. Dia pun tak ingin kesempatan ini hilang. Dicobanya untuk
tetap membuat wanita itu merasa nyaman bersamanya. ” Kalau begitu, kamu tunggu
di tempat tadi saja, ya. Saya akan mencoba mencari penawar yang lainnya. ” Di
lobi hotel, petugas satpam itu berusaha memandang satu per satu pria yang ada.
Berusaha mencari langganan yang biasa memesan wanita melaluinya. Sudah sekian
lama, tak ada yang nampak dikenalnya. Namun, tak begitu jauh dari hadapannya
ada seorang pria yang sedang berbicara lewat telepon genggamnya. ” Bukankah
kemarin saya sudah kasih kamu uang 25 juta Rupiah. Apakahitu tidak cukup? ”
Terdengar suara pria itu berbicara. Wajah pria itu nampak masam seketika ”
Datanglah kemari. Saya tunggu. Saya kangen kamu. Kan sudah seminggu lebih kita engga
ketemu, ya sayang?! ” Kini petugas satpam itu tahu, bahwa pria itu sedang
berbicara dengan wanita. Kemudian, dilihatnya, pria itu menutup teleponnya. Ada
kekesalan di wajah pria itu. Dengan tenang, petugas satpam itu berkata kepada
Pria itu: ” Pak, apakah anda butuh wanita … ??? ” Pria itu menatap sekilas
kearah petugas satpam dan kemudian memalingkan wajahnya. ” Ada wanita yang
duduk disana, ” Petugas satpam itu menujuk kearah wanita tadi. Petugas satpam
itu tak kehilangan akal untuk memanfaatkan peluang ini. “Dia masih perawan..”
Pria itu mendekati petugas satpam itu. Wajah mereka hanya berjarak setengah
meter. ” Benarkah itu? ” ” Benar, pak. ” ” Kalau begitu kenalkan saya dengan
wanita itu … ” ” Dengan senang hati. Tapi, pak …Wanita itu minta harga setinggi
tingginya.” ” Saya tidak peduli … ” Pria itu menjawab dengan tegas. Pria itu
menyalami hangat wanita itu. ” Bapak ini siap membayar berapapun yang kamu
minta. Nah, sekarang seriuslah ….” Kata petugas satpam itu dengan nada kesal. ”
Mari kita bicara di kamar saja.” Kata pria itu sambil menyisipkan uang kepada
petugas satpam itu. Wanita itu mengikuti pria itu menuju kamarnya. Di dalam
kamar … ” Beritahu berapa harga yang kamu minta? ” ” Seharga untuk kesembuhan
ibu saya dari penyakit ” ” Maksud kamu? ” ” Saya ingin menjual satu satunya
harta dan kehormatan saya untuk kesembuhan ibu saya. Itulah cara saya berterima
kasih …. ” ” Hanya itu …” ” Ya …! ” Pria itu memperhatikan wajah wanita itu.
Nampak terlalu muda untuk menjual kehormatannya. Wanita ini tidak menjual
cintanya. Tidak pula menjual penderitaannya. Tidak! Dia hanya ingin tampil
sebagai petarung gagah berani di tengah kehidupan sosial yang tak lagi gratis.
Pria ini sadar, bahwa di hadapannya ada sesuatu kehormatan yang tak ternilai.
Melebihi dari kehormatan sebuah perawan bagi wanita. Yaitu keteguhan untuk
sebuah pengorbanan tanpa ada rasa sesal. Wanita ini tidak melawan gelombang
laut melainkan ikut kemana gelombang membawa dia pergi. Ada kepasrahan diatas
keyakinan tak tertandingi. Bahwa kehormatan akan selalu bernilai dan dibeli
oleh orang terhormat pula dengan cara-cara terhormat. ” Siapa nama kamu? ” ”
Itu tidak penting. Sebutkanlah harga yang bisa bapak bayar … ” Kata wanita itu
” Saya tak bisa menyebutkan harganya. Karena kamu bukanlah sesuatu yang pantas
ditawar. ” ”Kalau begitu, tidak ada kesepakatan! ” ” Ada ! ” Kata pria itu
seketika. ” Sebutkan! ” ” Saya membayar keberanianmu. Itulah yang dapat saya
beli dari kamu. Terimalah uang ini. Jumlahnya lebih dari cukup untuk membawa
ibumu ke rumah sakit. Dan sekarang pulanglah … ” Kata pria itu sambil
menyerahkan uang dari dalam tas kerjanya. ” Saya tidak mengerti …” ” Selama ini
saya selalu memanjakan istri simpanan saya. Dia menikmati semua pemberian saya
tapi dia tak pernah berterima kasih. Selalu memeras. Sekali saya memberi maka
selamanya dia selalu meminta. Tapi hari ini, saya bisa membeli rasa terima
kasih dari seorang wanita yang gagah berani untuk berkorban bagi orang tuanya.
Ini suatu kehormatan yang tak ada nilainya bila saya bisa membayar …” ” Dan,
apakah bapak ikhlas…? ” ” Apakah uang itu kurang? ” ” Lebih dari cukup, pak … ”
” Sebelum kamu pergi, boleh saya bertanya satu hal? ” ” Silahkan …”
” Mengapa
kamu begitu beraninya … ” ” Siapa bilang saya berani. Saya takut pak … Tapi
lebih dari seminggu saya berupaya mendapatkan cara untuk membawa ibu saya ke
rumah sakit dan semuanya gagal. Ketika saya mengambil keputusan untuk menjual
kehormatan saya maka itu bukanlah karena dorongan nafsu. Bukan pula
pertimbangan akal saya yang `bodoh`… Saya hanya bersikap dan berbuat untuk
sebuah keyakinan … ” ” Keyakinan apa? ” ” Jika kita ikhlas berkorban untuk ibu
atau siapa saja, maka Tuhan lah yang akan menjaga kehormatan kita … ” Wanita
itu kemudian melangkah keluar kamar. Sebelum sampai di pintu wanita itu
berkata: ” Lantas apa yang bapak dapat dari membeli ini … ” ” Kesadaran… ” … Di
sebuah rumah di pemukiman kumuh. Seorang ibu yang sedang terbaring sakit
dikejutkan oleh dekapan hangat anaknya.” Kamu sudah pulang, nak ” ” Ya, bu … ”
” Kemana saja kamu, nak … ???” ” Menjual sesuatu, bu … ” ” Apa yang kamu jual?”
Ibu itu menampakkan wajah keheranan. Tapi wanita muda itu hanya tersenyum …
Hidup sebagai yatim lagi miskin terlalu sia-sia untuk diratapi di tengah
kehidupan yang serba pongah ini. Di tengah situasi yang tak ada lagi yang
gratis. Semua orang berdagang. Membeli dan menjual adalah keseharian yang tak
bisa dielakan. Tapi Tuhan selalu memberi tanpa pamrih, tanpa perhitungan …. ”
Kini saatnya ibu untuk berobat … ” Digendongnya ibunya dari pembaringan, sambil
berkata: ” Tuhan telah membeli yang saya jual… ”. Taksi yang tadi ditumpanginya
dari hotel masih setia menunggu di depan rumahnya. Dimasukannya ibunya ke dalam
taksi dengan hati-hati dan berkata kepada supir taksi:”Antar kami ke rumah
sakit”
Masyarakat Jahiliah memperlakukan para pembunuh bukan
saja dengan membunuhnya, tetapi menuntut keadilan melebihi
keadilan itu sendiri. Sehingga, si pembunuh bukan saja
dibunuh, melainkan suku-suku kuat boleh jadi membunuh orang
lain sebagai hukuman atas pembunuhan seseorang. Atau, paling
tidak, membunuh seorang lelaki merdeka sebagai imbalan atas
pembunuhan yang dilakukan seorang wanita atau hamba sahaya.
Dalam konteks ini, turun ayat-ayat Al-Qur'an yang berkaitan
dengan hukuman mati, antara lain firman-Nya:
Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan
atas kamu (bila kamu mau) qishash berkenaan dengan
orang-orang yang dibunuh, orang merdeka dengan orang
merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita ...
(Q.S. al-Baqarah 2:178).
Perlakuan itulah yang dinamai Al-Qur'an qishash , yang
arti harfiahnya adalah "mengikuti". Dari akar kata yang
sama, lahir kata qishash (kisah) karena orang yang berkisah
mengikuti peristiwa yang dikisahkannya tahap demi tahap
sesuai kronologi kejadiannya. Dengan kata qishash, Al-Qur'an
bermaksud mengingatkan bahwa apa yang dilakukan terhadap
pelaku kejahatan pada hakikatnya hanya mengikuti cara dan
akibat perlakuannya terhadap di korban.
Sebenarnya, konsep qishash dikenal oleh ajaran agama
sebelum Islam, paling tidak, berdasarkan informasi
Al-Qur'an, seperti telah ditetapkan Allah terhadap
pengikut-pengikut Nabi Musa a.s.:
Telah kami tetapkan terhadap mereka di
dalamnya (Taurat) bahwa jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata
dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga,
gigi dengan gigi, dan luka-luka pun ada qishash-nya. Barang
siapa yang melepaskan hak qishash-nya, maka melepaskan itu
menjadi penebus dosa baginya (Q.S. al-Maidah 5:45).
Al-Qur'an menetapkan adanya qishash bagi pembunuh.
Tetapi, saat menetapkannya --seperti terbaca di atas-- Dia
tidak mewajibkannya, melainkan diserahkan kepada keluarga si
terbunuh untuk menetapkan pilihan mereka terhadap si
pembunuh, baik "menuntut dari penguasa untuk membunuhnya"
maupun memaafkannya dengan imbalan materi dari keluarga
pembunuh.
Ini berbeda dengan pelaku pembunuhan yang meresahkan
masyarakat dengan melakukan perampokan. Dalam kasus semacam
ini, Al-Qur'an tidak memberi pilihan, tetapi secara tegas
menyatakan bahwa tiada maaf bagi mereka. Itulah sebabnya,
ayat 33 surah al-Maidah menggunakan kata yaqattalu (yang
berarti 'dibunuh secara pasti'), bukan yuqtalu (yang berarti
'dibunuh').
Ada pemikir yang menolak hukuman mati bagi terpidana.
"Pembunuhan sebagai hukuman adalah suatu yang kejam, yang
tidak berkenan bagi manusia beradab. Pembunuhan yang
dilakukan terpidana menghilangkan satu nyawa, tetapi
pelaksanaan qishash adalah menghilangkan satu nyawa yang
lain." Pembunuhan si pembunuh menyuburkan balas dendam,
padahal pembalasan dendam merupakan suatu yang buruk dan
harus dikikis melalui pendidikan. Karena itu, kata kalangan
yang mengemukakan dalih, hukuman terhadap pembunuh bisa
dilakukan dalam bentuk penjara seumur hidup dan kerja paksa;
pembunuh adalah seorang yang mengalami gangguan jiwa, karena
itu ia harus dirawat di rumah sakit; dan masih banyak dalih
yang lain.
Dalam pandangan pakar-pakar Al-Qur'an, dalih-dalih
tersebut dijawab Al-Qur'an dengan firman-Nya:
Barang siapa membunuh seorang manusia bukan
karena orang itu membunuh orang lain (bukan karena qishash),
atau bukan karena membuat kerusakan di bumi, maka
seakan-akan ia membunuh manusia seluruhnya; dan barang siapa
memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan ia
telah memelihara kehidupan manusia seluruhnya (Q.S.
al-Maidah 5: 32).
Penjelasan ayat ini lebih-kurang sebagai berikut.
Peraturan apa pun yang baik --yang ditetapkan baik oleh
manusia maupun Allah-- pada hakikatnya untuk kemaslahatan
"masyarakat manusia". Dan kalau kita berkata "masyarakat",
maka kita semua tahu bahwa ia adalah kumpulan dari saya,
Anda, dan dia --kumpulan manusia.
Adalah sangat mustahil memisahkan seorang manusia selaku
pribadi dari masyarakatnya. Ini hanya terjadi dalam teori.
Dalam kenyataan sosiologis, bahkan dalam kenyataan
psikologis, manusia tak dapat dipisahkan dari masyarakat,
sekalipun ia hidup di dalam goa seorang diri. Bukankah
manusia yang tinggal seorang diri di goa menciptakan makhluk
lain bersamanya, yang kalau bukan makhluk sejenisnya maka
hantu atau semacamnya? Katakanlah hantu yang menakutkannya,
atau malaikat yang mendukungnya.
Demikianlah kebutuhan manusia. Pada saat manusia
merasakan kehadiran manusia lain bersamanya, pada saat itu
pula seorang diri atau ribuan anggota masyarakatnya
mempunyai kedudukan yang sama. Semua harus dihargai,
sehingga Barang siapa yang membunuh seorang manusia tanpa
alasan yang sah, maka seakan-akan ia telah membunuh manusia
seluruhnya Manusia sekaligus masyarakat, bahkan semua
makhluk hidup memiliki naluri "mempertahankan hidup". Semut
pun melawan jika kehidupannya terancam --kalau perlu dan
mampu ia akan membunuh. Apalagi manusia. Karena itu, semua
peraturan perundangan mentoleransi pembunuhan yang dilakukan
siapa pun yang mempertahankan kehidupannya. Di sisi lain,
semua masyarakat menyiapkan senjata-senjata pembunuh, paling
tidak untuk mempertahankan kehidupannya.
Mengapa demikian? Jawabannya adalah, "Karena manusia
ingin mempertahankan hidupnya, walau dengan membunuh." Kalau
demikian, mengapa tidak dibenarkan membunuh orang yang
membunuh orang lain tanpa hak?
Bukankah tak ada perbedaan antara seseorang dengan
masyarakatnya? Dengan membunuh orang yang membunuh tanpa
hak, maka akan terjamin kehidupan orang lain, bahkan
kehidupan banyak orang. Itu sebagian kandungan pesan singkat
Al-Qur'an (Q.S. al-Baqarah 2: 179): Di dalam qishash ada
jaminan kelangsungan hidup bagimu.
Dengan membunuh si terpidana, maka setiap orang yang
merencanakan pembunuhan akan berpikir seribu kali karena
yang paling berharga bagi manusia adalah hidupnya dan yang
paling ditakutinya adalah kematian. Sebab, kalau seseorang
mengetahui bahwa dengan membunuh tanpa hak ia tidak akan
dibunuh, maka tangannya akan semakin ringan untuk menganiaya
dan membunuh.
Agaknya Al-Qur'an menyadari bahwa tak semua orang bisa
memahami kandungan pesan di atas. Oleh sebab itu, penggalan
ayat tersebut dirangkaikan dengan kalimat: Hai orang-orang
yang berakal.
Memang benar, tak semua orang menyadari hal itu. Buktinya
adalah dalih-dalih seperti yang telah dikemukakan di atas.
"Pembunuhan sebagai hukuman adalah sesuatu yang kejam, yang
tak berkenan bagi manusia beradab, yang seharusnya memiliki
rahmat dan kasih sayang." Ayat tentang qishash akan dinilai
kejam jika hanya dilihat secara berdiri sendiri dan
melupakan korbannya yang terbunuh serta keluarga korban yang
ditinggal.
Di sisi lain --dalam pandangan Al-Qur'an-- ditekankan
agar pelaksanaan sangsi hukum bagi penzina jangan sampai
mengabaikan hukum hanya karena rasa kasih-sayang kepada
terpidana (baca Q.S. an-Nur 24: 2). Rahmat dan kasih sayang
ada tempatnya, dan ketegasan juga ada tempatnya. Itulah
keadilan yang didambakan manusia, yakni meletakkan segala
sesuatu pada tempatnya yang wajar.
"Pembunuhan yang dilakukan terpidana menghilangkan satu
nyawa, tetapi pelaksanaan qishash adalah menghilangkan satu
nyawa yang lain." Begitu dalih yang lain, dan memang
demikian yang tampak dipermukaan. Tetapi, yang tidak tampak
--karena bergejolak di hati keluarga korban-- adalah dendam
menuntut balas, yang dapat melampaui batas keadilan. Dan
ketika itu bukan saja satu nyawa lain yang terancam,
melainkan bisa puluhan nyawa.
"Pembunuhan si pembunuh menyuburkan balas dendam.
Padahal, pembalasan dendam merupakan sesuatu yang buruk dan
harus dikikis melalui pendidikan." Ini adalah dalih yang
baik. Tetapi, berhasilkah kemanusiaan mengikis habis dari
jiwa manusia perasaan dendam yang membara?
Betapapun, Al-Qur'an juga menempuh jalan pendidikan itu,
sehingga, di samping ketetapan dan tuntunan-Nya yang
menyatakan:
Barang siapa yang terbunuh secara aniaya,
maka sesungguhnya Kami telah memberikan kekuasaan kepada
ahli warisnya (Q.S. al-Isra' 17: 33).
Kekuasaan yang dimaksud adalah "memaafkan, menerima
ganti, atau menuntut qishash (membunuh) si pembunuh". Dan
kalau ia memilih yang terakhir, maka lanjutan pesan ayat di
atas adalah: Janganlah ia (ahli waris) melampaui batas dalam
membunuh, karena sesungguhnya ia (dengan ketetapan ini)
telah mendapat pembelaan atau pertolongan. Dengan
ketetapan-Nya memberi wewenang kepada ahli waris memilih
alternatif di atas, sambil menganjurkan untuk memberi maaf
kepada yang bersalah, karena pemaafan dalam qishash
menghapuskan dosa si pemaaf serta melahirkan hubungan yang
lebih baik dalam kehidupan bermasyarakat, maka sisi
pendidikan telah ditempuh Al-Qur'an.
Akhirnya, dalih terakhir adalah "si pembunuh mengidap
penyakit jiwa". Dalih ini sangat berbahaya bagi kehidupan
masyarakat, karena ia akan mendorong pembunuhan dengan
perisai "sakit jiwa". Namun, jika memang yang demikian itu
terbukti melalui pemeriksaan yang bertanggung jawab, maka
tentu saja hukuman terhadap si terpidana akan berbeda.
Demikianlah sedikit uraian Al-Qur'an dan penafsirannya
yang dapat dikemukakan dalam ruang yang terbatas ini. (DR. Quraisy Shihab)
Kartono, nama lengkapnya RM Panji Sosrokartono, lahir 1877. kakak RA
Kartini.1898, pribumi pertama yg kuliah di luar hindia-belanda, laiden.
Cerdas, kesayangan para dosen. bisa 27 bahasa asing & 10 bahasa
nusantara.
Pangeran ganteng, pinter, gaul, anak orang kaya,
terkenal, & merakyat. hayoo kurang apa lagi si cowo keren ini. cewe2
eropa nyebut si Sosrokartono, "de mooie sos." (sos yg ganteng).
Bule Eropa & Amerika sebut dia dgn hormat, 'de javanese prins' (Pangeran Jawa). Pribumi memanggil Kartono aja.
1917,
jadi wartawan perang dunia1 koran amerika, the new york herald, cab.
eropa. test masuk nya, memadatkan artikel bahasa prancis sejumlah 30
kata dalam 4 bahasa (Ingggris, Spanyol, Rusia, Perancis). Kartono lulus
dgn 27 kata, para bule asli lebih dari 30 kata.
Sebagai wartawan perang, ia diberi pangkat mayor oleh sekutu, tapi nolak bawa senjata. "Saya tak nyerang orang, krn itu saya pun tak akan di serang. jd apa perlu nya bawa senjata?" ~ahli diplomasi yg hebat. hmm...
Ia
gemparkan eropa~america dgn artikel perundingan jerman & prancis yg
rahasia, tertutup, dlm gerbong kereta api, tengah hutan, dijaga sangat
ketat. semua wartawan cari informasi...eeh koran new york herald telah
memuat hasil perundingan tersebut..!!??
1919 jadi penterjemah tunggal di Liga Bangsa Bangsa.
1921, LBB jadi PBB. Ia ketua penterjemah utk segala bahasa. Kalah kan para poliglot bule eropa~amerika.
1925 pangeran sos pulang ke tanah air. Ki Hajar Dewantara angkat dia jadi kepala sekolah menengah di bandung.
Rakyat
berjejal temui si pintar ini, tapi minta air & doa. Aneh nya banyak
yg sembuh. Maka antrian pun makin banyak termasuk bule2 eropa. Akhirnya
beliau dirikan Klinik Darussalam.
Pernah sembuhkan anak eropa
hanya di sentuh-sentuh (tuk3..) dihadapan para dokter yg angkat tangan.
Si anak sembuh hitungan detik.
Ia juga pernah memotret kawah gunung dari udara. Hebatnya tanpa pesawat.
Soekarno muda sering diskusi dgn nya. Bung Hatta sebut beliau orang jenius.
Rumahnya berkibar bendera merah putih. tp belanda, jepang, dan sekutu seolah tak peduli. orang laen pasti dihajar.
1951
wafat di bandung. Dimakamkan di Kudus. Tak punya apa2, rumah pun
kontrak. Pdhal sbg bangsawan & cendekiawan ia bisa hidup mewah.
Nisannya tertulis: "sugih tanpa bondo. digdaya tanpa aji." Beliau wartawan, tapi PWI gak pernah singgung nama nya. Beliau tokoh pendidikan tapi kaum guru seolah lupa namanya.