Saturday, February 14, 2015

Cinta hewan



Seorang lelaki betampang menyeramkan bersandar di dinding, lengannya yang bsar dan bertato tersila di depan dadanya yang bidang, menunggu. Hanya menyunggu. Sementara itu, sebentuk bola gemuk berbulu, yang ekornya berkibas begitu keras sehinggua seluruh tubuhnya bergoyang, denga polos berlari menyusuri koridor di luar kamar. Melihat ke sana kemari, si anak anjing tampaknya tahu ingin pergi ke mana, dan meneruskan jlannya melompat-lompat. Dengan raut muka hampa, lelaki yang keras dan kasar itu berdiri tak bergerak, menunggu. Menunggu.

Tiba-tiba, terdengar denting kunci membuka pintu di seberang kamar tempatnya menunggu. Wahag batu si orang keras itu terpecah menjadi senyuman lebar dan memanggil, “Zolie?” hanya itu yang dibutuhkan si anak anjing untuk menegaskan bahwa dia berada di tempat yang benar “zolie” langsung melenggang ke sobat barunya. Sambil membungkuk si lelaku, Jesse, mengangkat anak anjing kecil yang lembut dan bersenandung “Zolie! Zolie! Apa kabar Zolieku?” sambil membelai, mengelus, memluk si anjing, Jesse mendekapnya lebih erat, membenamkan kepalanya pada perut si anjing yang kecil dan bundar, meniupnya, seperti yang dilakukan orang tua pada perut bayinya. Itulah cinta. cinta sejati.

Saat Zolie menjilati wajah si lelaki tanda terima kasih, Jesse tergerak dengan rasa kagum. Mungkin ini pertama kalinya dalam hidupnya dia luluh karena cinta. Soalnya, Jesse inbi seorang tahanan, “napi berhati batu” di lembaga permasyarakatan negara. Zolie, anjing yang masih kecil, diberikan untuk dirawat Jesse—untuk alasan tertentu.

Jesse dan Zolie adalah bagian dari program percobaan yang memberikan seekor anak anjing kepada napi untuk dirawat dan dilatih, pekerjaan yang berlangsung 12 hingga 14 bulan---tergantung pada berjalannya pelatihan dan hasil program itu. program ini menguji daya ubah cinta: Dapatkah lelaki yang keras dan tanpa cinta itu memberikan cinta--- dan mengajarkannya kepada seekor anak anjing?

Program percobaan ini dirancang supaya, setelah pelatihan itu, anak-anak anjing ini diberikan kepada orang-orang yang mencari anjing “dewasa” untuk teman, misalnya orang tua yang tak mampu merawat anak anjing yang muda, energetic, dan tak terlatih, tatapi ingin punya anjing. Sebagian anak anjing ini kemudian dilatih lagi, lalu diberikan kepada orang cacat. Anjing ini membantu mereka dalam kebutuhan khusus, misalnya memberitahu kalau ada bel pintu, bel, atau bunyi khusus, atau mengisyaratkan saat waktunya minum obat.

Yang terpenting adalah si napi harus memberi anak anjing ini cukup cinta dan perhatian agar hewan itu tumbuh menjadi anjing yang ramah dan penyayang. Ini disebut “sosialisasi.” Napi juga “melatih” dan merawat si anak anjing, tetapi peran terbesarnya hanyalah memberi anak anjing itu cinta, perhatian, dan kasih sayang.

Itulah peran yang dihayati Jesse. Pada hari pertama aku mengamatinya, Jesse bermain dengan Zolie setiap menit selama mereka bersama. Jesse melemparkan bola kepada Zolie dan memperhatikan saat Zolie melompat ke arah bola itu, menyambar sehingga bola itu terlempar jauh dan Zolie harus berpacu mengejarnya. Sambil tertawa Jesse berserk, “Ambil, Zolie! Kamu bisa! Nah, begitu!” Lalu, Zolie meronta saat Jesse memandikannya. Setelah itu bulu Zolie kering. Jesse menyisir bulunya dengan lembut. Untuk ini Zolie berdiri diam, mengeikut gerakan sisir---matanya dipenuhi rasa terima kasih bahwa mandi yag memalukan itu sudah selesai.

Ini berlangsung bulan demi bulan, sampai Zolie tumbuh menjadi hewan yang lembut dan penyayang. Akan tetapi, dia bukanlah satu-satunya yang telah “tersosialisasi”. Dalam proses memberi cinta dan merawat, Jesse juga berubah. Dia tak lagi tampak begitu seram, keras, dan kaku; tampaknya ada sesuatu yang lebih lembut dan cerah pada dirinya.
Mungkin perubahan terbesar terlihat pada sore sebelum hari Zolie harus meninggalkan program---dan meninggalkan Jesse. Anak anjing ini sudah siap untuk fase pelatihan berikutnya. Pada malam terakhir ini, sia anak anjing dibolehkan menginap bersama si napi. Meskipun dia tahu hari ini akan tiba---dan malah, itulah tujuannya---mata Jesse merah oleh air mata, selagi dia berbaring terjaga sepanjang malam bersama anak anjing yang meringkuk di tempat tidurnya, membelai dan berbicara dengannya.

Terlalu cepat, esok hari pun tiba, dan sudah waktunya Zolie pergi.t angan besar Jessie melingkari leher Zolie yang tak kecil lagi; dia membenamkan wajahnya dalam bulunya dan mulai memberi anjing itu “kuliah”. Sambil memeluk kepala anjing yang sekarang besar dengan kedua tangannya, Jesse memandang anjing yang pemberani itu dan sambil menahan sedu-sedan, berkata, “Aku tahu kamu akan jadi anjing baik---karena kamu anjing yang hebat. Kamu sekarang harus baik, dan ingat aku. Akus angat sayang kamu---jangan lupa itu”. Seolah memahami perkatan Jesse--- dan kesedihannya---ZOlie menjilat wajah Jesse. Lalu anjing yang hampir dewasa yang terlatih baik dan “tersosialisasi” ini dibawa pergi, siap memulai peran barunya---mencintai orang baru. Akan tetapi, saat perpisahan itu sungguh meremukkan hati. Ketika melihat anjing itu berjalan pergi, Jesse menutup mukanya dengan tangan dan menangis.

Aku tahu soal Zolie, Jesse, dan program percobaan yang mereka ikuti ketika menonton program televise yang meliput kisah mereka. Setelah menonton seluruh acara, aku tak hanya jatuh cinta pada Zolie, tetapi juga bersimpati pada Jesse.

Begitu Zolie dibawa pergi, kamera hanya diam, menunggu Jesse berucap. Selama beberapa detik---meskipun rasanya seperti berabad---Jesse, dengan kepala terbena, dalam tangannya tak mampu berkata apa-apa. Lalu, sambil melepaskan tangan, dia mengakui, “Inilah pertama kalinya saya pernah mencintai sesuatu sebesar ini. Inilah pertama kalinya saya pernah merasa dicintai sebesar ini. Saya berharap diberi anak anjing lian. Dan cepat. Segera.”

Itulah salah satu acara yang paling menyentuh yang pernah kutonton---dan salah satu perubahan yang paling luar biasa. Cinta benar-benar dapat berperan besar dalam hodup seseorang. Untungnya, karena program tersebut sukses, ratusan anak anjing menemukan cinta, dan ratusan napi dicintai---sebagian untuk pertama kalinya. Kekuatan cinta: sungguh luar biasa!



Friday, January 16, 2015

Tiket bulan madu terjual Rp. 135 juta

Seorang pria yang 'diputus' enam minggu sebelum pernikahannya oleh tunangannya telah berhasil mengumpulkan ribuan poundsterling untuk organisasi kemanusiaan dengan melelang tiket mantan tunangannya.

John Whitbread, 32 tahun, mengeluarkan uang sekitar £2.000 atau Rp38 juta untuk perjalanan dua minggu ke Republik Dominika bagi dua orang untuk rencana berlibur dengan tunangannya.

Dia berhasil melelang tiket mantan kekasihnya di eBay dan terjual seharga £8.000 yang dibeli oleh seorang wanita. Whitbread, dari Donisthorpe, Leicestershire, Inggris tengah, mengatakan dirinya "benar-benar terkejut".

John Whitbread tidak habis pikir mengapa seorang wanita bersedia mengeluarkan uang begitu besar untuk berlibur dengannya.

John yang memperkirakan tiketnya akan terjual seharga £500 tersebut mengatakan akan menggunakan £1.000 untuk biaya berlibur bersama dan £50 untuk mengubah nama mantannya dengan pembeli di eBay pada dokumen perjalanan.

Lebih lanjut Whitbread mengatakan mengatakan ia akan menyumbangkan sisa dana 'lelang tiket' itu ke organisasi kemanusiaan kanker testis, Balls to Cancer.

John Whitbread tidak akan bertemu dengan pemenangnya sampai orang tersebut tiba di bandara tanggal 16 Februari.

Pelelangan hanya terbuka untuk wanita karena John mengatakan dirinya 'tidak terlalu tertarik untuk berlibur dengan laki-laki'.
(sumber: BBC Indonesia)

Monday, January 12, 2015

Kisah anak yang ijual ke Cina

Sambil berjongkok di depan pintu rumah bambunya, nenek Khin Khin Oo, Ma Shan, menceritakan kisah bagaimana bocah berusia empat tahun itu dijual. Menurutnya, dia sangat miskin karena putranya ialah seorang pecandu heroin. Adapun penghasilan dari bertani jagung tidak seberapa.



Adapun putri Ma Shan juga tidak lebih baik. Dia kabur dengan lelaki lain dan meninggalkan kedua anaknya bersama sang nenek. Namun, suatu hari menantu Ma Shan, Soe Khine muncul guna mengunjungi kedua anaknya.
“Namun setelah empat hari berlalu dan mereka belum pulang, saya tahu ada sesuatu yang janggal."

Ma Shan berasumsi sesuatu hal yang buruk telah terjadi dan pergi dengan tetua desa untuk berbicara dengan beberapa teman Soe Khine. Mereka diberi tahu bahwa Soe Khin mengalami kesulitan finansial.

Satu tahun sudah berlalu sejak Khin Khin Oo dijual oleh ayahnya seharga 8.000 yuan atau Rp16,3 juta.

"Dia kehilangan semua uangnya bermain kartu," katanya sambil menggelengkan kepala.
Pada saat itu, mereka melibatkan polisi setempat. Polisi menemukan Soe Khine dan ia mengaku bahwa dengan bantuan seorang perempuan, ia menjual putrinya kepada seorang pedagang Cina.
Polisi mengikuti jejak tersebut ke kota perbatasan Cina, Ruili, di mana mereka diberi tahu Khin Khin Oo telah dijual lagi, sekarang dengan harga 12.000 yuan kepada sepasang suami-istri yang ingin mengadopsi anak.
Setelah seminggu bekerja sama dengan polisi Cina, Khin Khin Oo diselamatkan dan dikembalikan ke neneknya.
"Selama kepergiannya, saya bahkan tidak mau makan. Saya sangat khawatir," katanya.
Khin Khin Oo termasuk beruntung karena menerima perlakuan yang baik. Pasangan asal Cina itu pun tampaknya tidak menyadari bahwa Khin Khin Oo merupakan korban perdagangan anak.
Khin Khin Oo dikembalikan ke rumah neneknya di Hankan. Namun Ma Shan – yang mengkhawatiran keselamatan cucunya - kemudian mengirimkannya ke Cina lagi untuk tinggal bersama tantenya.

Perdagangan anak seperti yang dialami Khin Khin Oo nampaknya kasus yang jarang terjadi di Myanmar.
Namun daerah perbatasan negara tersebut dengan Cina dikenal untuk eksploitasi perempuan muda.
Kebijakan memiliki satu anak di Cina dan kecenderungan warganya untuk memilih memiliki anak lelaki berakibat kurangnya kaum perempuan dan istri di negara tersebut.
Prediksi menurut demografi menunjukkan bahwa pada 2020 mendatang akan terdapat sekitar 24 juta lelaki kekurangan perempuan untuk dinikahi.
Perdagangan yang terjadi di sekitaran perbatasan Myanmar sangat rumit, dan bahkan melibatkan keluarga si anak dalam transaksi tersebut.

Di meja di sebuah kamp pengungsi di Namkhan, tokoh masyarakat Myint Kyaw adalah membolak-balik foto-foto wanita yang hilang.

Kami menemui Myint Kyaw sedang merenungi foto-foto para wanita yang hilang. Myint Kyaw adalah seorang tokoh masyarakat setempat di kota Namkhan, dimana terdapat sebuah kamp pengungsi.

"Ini adalah empat gadis berusia antara 15 dan 18 tahu dari Kota Kutkai. Mereka pergi ke Cina untuk bekerja namun belum ada yang mendengar kabar dari mereka selama delapan bulan terkahir," katanya."Wanita ini berusia 26 tahun dan hilang juga. Kami sedang berusaha melacaknya melalui komunitas kami yang tinggal di Cina." Ia memperkirakan sekitar 10% dari perempuan setempat telah dijual atau diperdagangkan dalam berbagai cara. 

Lamo Bokdin adalah salah satu dari jumlah tersebut. Ketika ia menerima pekerjaan di sebuah restoran di kota perbatasan Ruili, ia berpikir dirinya adalah seorang karyawan biasa.
"Namun bos saya bilang saya tidak perlu bekerja di restoran lagi melainkan harus menikahi adiknya," katanya. Kesepakatan tersebut ternyata berharga 40.000 yuan atau Rp81,7 juta.
"Bila menolak, bos saya mengatakan akan menjual saya kepada orang lain.”

Lamo terpaksa pindah ke rumah suaminya di Beijing. Ia ditahan oleh suaminya dalam rumah tersebut selama tiga bulan. "Saya tidak diperbolehkan membuat panggilan telepon dan harus tinggal di dalam rumah. Suami saya mengatakan saya hanya boleh mengunjungi orang tua saya ketika kita memiliki bayi."

Setelah tiga bulan dikurung, Lamo menemukan cara untuk melarikan diri.
"Saya tinggal di bagian atas sebuah gedung, di lantai dua. Rumah tersebut memiliki jendela-jendala kecil yang ditutupi jaring – jadi saya memotong net itu dan melompat turun ke jalan,” jelasnya.

"Untungnya, orang-orang yang melihat saya lompat tidak perduli. Kemudian saya pergi ke stasiun kereta api di mana polisi membantu saya mendapatkan tiket untuk keluar dari Beijing."
Lamo sekarang bertempat tinggal di sebuah tenda, dimana ia tinggal bersama saudarinya. Ia menghasilkan uang dengan menenun rok tradisional.
Lamo adalah salah satu korban yang selamat dari perdagangan manusia yang sedang berkembang itu. (sumber: BBC Indonesia)

 

Thursday, January 1, 2015

Komando Pasukan Katak

Komando Pasukan Katak atau lebih dikenal dengan sebutan Kopaska didirikan 31 Maret 1962 oleh Presiden Sukarno untuk mendukung kampanye militer di Irian Jaya.
Satu grup di Armada Barat di Jakarta, dan satu grup di Armada Timur di Surabaya. Tugas utama mereka adalah menyerbu kapal dan pangkalan musuh, menghancurkan instalasi bawah air, penyiapan perebutan pantai dan operasi pendaratan kekuatan amfibi.


Komando Pasukan Katak disingkat Kopaska adalah pasukan khusus dari TNI Angkatan Laut. Semboyan dari korps ini adalah "Tan Hana Wighna Tan Sirna" yang berarti "tak ada rintangan yang tak dapat diatasi". Korps ini secara resmi didirikan pada 31 Maret 1962 oleh Presiden Indonesia waktu itu Soekarno untuk membantunya dalam masalah Irian Jaya. Pasukan khusus ini sebenarnya sudah ada sejak 1954.

Bapak dari Kopaska adalah Kapten Pelaut Iskak dari sekolah pasukan katak angkatan laut di pangkalan angkatan laut Surabaya. Tugas utama dari pasukan ini adalah peledakan/demolisi bawah air termasuk sabotase/penyerangan rahasia kekapal lawan dan sabotase pangkalan musuh, torpedo berjiwa (kamikaze), penghancuran instalasi bawah air, pengintaian, mempersiapkan pantai pendaratan untuk operasi amfibi yang lebih besar serta antiteror di laut/maritime counter terorism . Jika tidak sedang ditugaskan dalam suatu operasi, tim tim Detasemen Paska dapat ditugaskan menjadi pengawal pribadi VIP seperti Presiden dan Wakil Presiden Indonesia.

Komando Pasukan Katak TNI-AL

  1. Satuan Komando Pasukan Katak Armada Barat (Satkopaska Armabar)
    1. Detasemen 1 Sabotase / anti-Sabotase (Teror)
    2. Detasemen 2 Operasi Khusus
    3. Detasemen 3 Combat SAR
    4. Detasemen 4 EOD dan Ranjau Laut / Mine clearence
    5. Detasemen 5 Underwater Demolition
    6. Detasemen 6 Special Boat Units
  2. Satuan Komando Pasukan Katak Armada Timur (Satkopaska Armatim)
    1. Detasemen 1 Sabotase / anti-Sabotase (Teror)
    2. Detasemen 2 Operasi Khusus
    3. Detasemen 3 Combat SAR
    4. Detasemen 4 EOD dan Ranjau Laut / Mine clearence
    5. Detasemen 5 Underwater Demolition
    6. Detasemen 6 Special Boat Units

Tugas Pasukan Katak

  1. Tugas dalam Operasi Amphibi
    • Beach Recconaisance
    • Post Reconnaisance
    • Beach Clearing
    • SUROB (Surf Observation)
  2. Operasi Khusus
    • Sabotase / Anti Sabotase (Teror)
    • Clandestein
    • Combat SAR
    • Mine Clearance Ops
    • Send and Pick up agent
  3. Operasi Tambahan
    • PAM VIP VVIP & Vital Obj
    • Underwater Survey
    • SAR
    • Underwater Salvage
    • Factual Information Gathering

Perekrutan

  • Anggota TNI AL (kecuali Korps Marinir)
  • Berdinas minimum 2 thn di KRI/Kapal Perang RI/lanal/lantamal/mabesal/kolinlamil/armada RI.
  • Lulus Kesamaptaan/kemampuan jasmani
  • Lulus Tes Ketahanan Air
  • Lulus Psikotest khusus
  • Lulus Kesehatan khusus bawah air
  • Secara sadar mengikuti tes dan pendidikan tanpa paksaan siapapun

Lama pendidikan

10 BULAN

Tempat pendidikan

Di Sekolah Pasukan Katak TNI AL (SEPASKAL) / Komando Pendidikan Operasi Laut - KODIKOPSLA / Komando Pengembangan Pendidikan TNI AL - KOBANGDIKAL) Ujung Surabaya. Sebelumnya adalah di Sekolah Penyelaman TNI AL (SESELAM) PUSDIKOPSLA KODIKAL Surabaya)

Materi Pendidikan

  • Akademis umum Angkatan Laut (Operasi laut, navigasi, mesin, elektronika, bangunan kapal,komunikasi dan lain lain)
  • Kepaskaan (Doktrin Manusia Katak,Penyelaman dasar,penyelaman tempur,renang tempur,kartografi,menembak berbagai jenis senjata, mengemudi dan menangani kapal/perahu cepat dan lain lain)
  • Pendidikan Komando (Dasar komando, perang hutan, jungle survival/sea survival SERE, dan lain lain, pada Angkatan I s.d 5 pendidikan Komando dilaksanakan bersama RPKAD/Kopassus di Pusdik RPKAD/Kopassus-Batujajar, Jawa Barat, selanjutnya pendidikan Komando "diperintahkan" mengikuti di Pusdikmar (Pusat Pendidikan Marinir, Surabaya)
  • Terjun Static dan AFF (pada Angkatan I s.d 5 Para Dasar dilaksanakan bersama RPKAD/Kopassus di Pusdik RPKAD/Kopassus-Batujajar, Jawa Barat, selanjutnya pendidikan terjun "diperintahkan" mengikuti di Pusdikmar (Pusat Pendidikan Marinir) Surabaya, Setelah melaksanakan terjun dasar mendarat di darat selanjutnya adalah spesialisasi kemampuan terjun (statik & free fall) untuk mendarat di sasaran sasaran lepas pantai dan laut dilaksanakan pengembangan di satuan Kopaska Armada).
  • Intelijen Tempur (pendidikan lanjutan di Satuan dilaksanakan di BAIS dan Intelmar/Intelijen Maritim di Surabaya)
  • Sabotase dan kontra sabotase
  • Demolisi bawah air
  • SAR Tempur

Jumlah personel

Nil - untuk jumlah tidak pernah di ekspos karena pasukan ini mempunyai tingkat kerahasian yang tinggi dalam materi personel.

Sesepuh Kopaska

Operasi-operasi yang pernah dilaksanakan

 (sumber: wikipedia.org)


Tuesday, December 30, 2014

Disunat oleh Nabi

Nurlela sedang menyetrika baju di teras belakang rumahnya. Di hadapannya terpasang ayunan dari kain untuk buaian bayinya. Bayi yang baru berusia beberapa bulan usianya itu terlihat tidur dengan lelap. 

Ketika sedang asyiknya menyetrika, tiba-tiba terdengar tangisan bayinya. Nurlela berpikir, pastilah bayinya bangun karena lapar atau mengompol. Secepatnya  ia menghampiri belahan hatinya itu. Namun betapa terkejutnya Nurlela. Pada popok bayinya terlihat darah segar. 




Penuh rasa panik Nurlela  melarikan anaknya ke rumah orang tuanya. Dengan sigap orang tua Nurlela bertindak.
 
Saat itu juga bapaknya Nurlela membuka popok bayi itu lalu  ia bertanya, "Siapa yang nyunat anak ini?" Nurlela kaget mendengarnya. Nurlela terheran-heran, siapakah orang yang telah menyunat anaknya. Nurlela tahu persis sebelum diletakkan dalam ayunan keadaan bayi itu biasa saja. Selama ia tidur, Nurlela tak pernah melepaskan pandangannya atau pergi dari tempat sang bayi tidur di ayunan. Tak seorang pun mendekati ayunan tidur sang bayi itu.

Akhirnya bapak Nurlela memberi penjelasan bahwa anaknya 'disunat oleh nabi'. Konon menurut cerita bila ada anak lelaki yang tiba-tiba disunat tanpa bantuan bengkong, dukun atau dokter maka singkatnya anak itu telah disunat oleh Nabi. 

Di sebagian wilayah Jabotabek, penyunatan misterius seperti itu disebutnya dilakukan oleh Nabi Muhammad. Sebagian orang lainnya percaya hal itu dilakukan oleh jin.
 

Cerita Ayam dan Bebek

Dahulu kala ada seekor ayam dan seekor bebek bersama. Keduanya bersahabat sangat akrab. Kemana pun ayam pergi, bebek selalu menyertainya, sang ayam selalu menolong si bebek bilamana dalam kesulitan kecuali apabila ayam sedang berenang. Pada waktu itu memang bebek tak dapat berenang, ayamlah yang boleh dibilang pandai berenang.

 
Pada suatu ketika bebek bertanya kepada ayam, "Hai kawan, mengapa kamu dapat berenang, sedangkan aku tidak?"
"Ya karena aku memiliki selaput disela-sela jari kakiku", sahut ayam, "Dengan selaput inilah aku dapat berenang".
"Ah masa sih? Aku tak percaya hanya karena selaput di jari kakimu maka kau dapat berenang?".
"Tentu saja kawan", ujar ayam, "Jika kamu tak percaya, cobalah kau pakai selaput jari kakiku ini".

Segeralah bebek mengenakan selaput milik ayam pada kakinya. Lalu bebek terjun ke sungai. Ternyata benar, dengan selaput itu ia dapat berenang. Asyiklah bebek berenang-renang di sungai sehingga ia lupa pada Ayam yang menunggunya di pinggir sungai.

Ayam menunggu di tepi sungai. Namun, bebek tak juga kembali. Ayam menjadi gelisah, ia memanggil-manggil bebek. Namun, bebek tak mau mengembalikan selaputnya kepada ayam.
Ayam yang sudah tak sabar lagi terus memanggil bebek, "Kok kok petok, kukuruyuuuk, kembalikan selaputkuuu".

Tetapi bebek tak peduli. Maka hingga kini ayam tak dapat lagi berenang. Sedangkan bebek menjadi sangat cakap berenang. Namun kini keduanya tak lagi bersahabat seperti dahulu.
 

Saturday, December 27, 2014

12 tahun menjadi budak

Tahun 1841, Solomon Northup  adalah seorang negro yang telah merdeka yang bekerja sebagai tukang kayu dan pemain biola terampil, dan tinggal bersama istri dan dua anaknya di Saratoga Springs, New York. Pada suatu hari dua pria  menawarinya pekerjaan sebagai musisi dua mingguan, tetapi konyolnya mereka mencekoki Northup dengan minuman sampai mabuk dan ia terbangun dalam keadaan terantai, hendak dijual ke tempat perbudakan.
 
Northup dikirim ke New Orleans dan diberi nama "Platt", dengan identitas seorang budak pelarian dari Georgia. Setelah dipukuli berulang kali, ia akhirnya dibeli oleh seorang pemilik perkebunan bernama William Ford ). Northup berhasil menjalin hubungan baik dengan Ford, seorang master yang cukup baik hati. Di perkebunan Ford, Northup merintis jalur air untuk mengangkut kayu dengan cepat dan efektif ke seberang sungai, dan Ford menghadiahinya sebuah biola sebagai ungkapan terima kasih. Tukang kayu di perkebunan Ford yang rasis bernama John Tibeats membenci Northup, dan mulai berupaya melecehkannya secara verbal.

Ketegangan antara Tibeats dan Northup meningkat; Tibeats menyerang Northup, dan Northup melawan balik. Sebagai pembalasan, Tibeats dan teman-temannya berupaya untuk menggantung Northup di pohon, yang terjerat kesakitan selama berjam-jam. Ford menyatakan bahwa untuk menyelamatkan hidup Northup, ia harus dijual kepada Edwin Epps. Northup mencoba menjelaskan kepada Ford bahwa ia sebenarnya bukanlah seorang budak. Ford menanggapinya dengan berkata bahwa "ia tidak bisa mendengar hal ini" dan menyatakan "ia memiliki utang yang harus dibayar" sehubungan dengan harga pembelian Northup.

Epps percaya bahwa hak untuk menyiksa para budak diperbolehkan oleh Alkitab. Para budak diharuskan untuk memanen kapas setidaknya 200 pon perhari, kalau tidak akan dicambuki. Seorang budak perempuan muda bernama Patsey mampu memanen kapas lebih dari 500 pon perhari dan dipuji oleh Epps. Istri Epps cemburu dan seringkali menyakiti Patsey. Epps juga berulang kali memerkosa Patsey.

Epps mengira bahwa para budak yang baru dipekerjakan telah menyebabkan munculnya wabah cacing kapas, wabah yang menurutnya dikirim oleh Tuhan. Ia menyewakan para budak tersebut kepada perkebunan tetangga saat musim panen. Ketika bekerja di sana, Northup menerima kebaikan pemilik perkebunan, yang memberinya uang koin setelah bermain biola di sebuah perayaan ulang tahun pernikahan.
Setelah Northup kembali ke perkebunan Epps, ia memanfaatkan uang tersebut untuk membayar seorang pekerja kulit putih dan mantan pengawas perkebunan untuk mengeposkan suratnya kepada temannya di New York. Si pekerja kulit putih setuju untuk membantu Northup dan menerima uangnya, tetapi ia berkhianat dengan melaporkannya kepada Epps. Northup yang terdesak akhirnya mampu meyakinkan Epps bahwa laporan tersebut hanyalah kebohongan. Sambil menangis, Northup membakar surat yang hendak dikirimnya ke New York, satu-satunya harapannya untuk meraih kebebasan.

Penyiksaan terhadap Patsey semakin memburuk. Patsey ingin mati dan meminta Northup untuk membunuhnya, namun ia menolak. Suatu hari, Epps marah besar setelah mengetahui Patsey menghilang dari perkebunannya. Ketika Patsey kembali, Epps memerintahkan anak buahnya untuk menelanjangi dan mengikat Patsey di sebuah tiang; dihasut oleh istrinya, Epps memaksa Northup untuk mencambuk Patsey. Northup enggan mematuhi perintah Patsey, dan Epps akhirnya mengambil cambuk dari tangan Northup dan mencambuki Patsey dengan brutal.

Selama masa penyembuhan Patsey, Northup mulai bekerja membangun paviliun rumah Epps bersama seorang pekerja Kanada bernama Bass. Bass tidak disukai oleh Epps setelah ia mengungkapkan penentangannya terhadap perbudakan. Di sisi lain, Northup mulai memercayai Bass dan menceritakan mengenai penculikannya. Northup meminta Bass untuk membantunya mengeposkan surat ke Saratoga Springs. Dengan mempertaruhkan hidupnya, Bass setuju untuk melakukannya.

Suatu hari, perkebunan tempat Northup bekerja dikunjungi oleh sheriff setempat. Sheriff, yang datang bersama seorang pria lain dengan kereta kuda, memanggil Northup yang sedang bekerja. Sheriff mengajukan sejumlah pertanyaan kepada Northup untuk mencocokkan jawabannya dengan fakta-fakta kehidupannya di New York. Northup mengenali pria lain yang datang bersama sheriff sebagai penjaga toko yang ia kenal dari Saratoga. Pria tersebut ternyata datang untuk membebaskannya, dan keduanya berpelukan. Meskipun Epps menghalangi dan Patsey menangisi kepergiannya, Northup bergegas meninggalkan perkebunan.

Setelah diperbudak selama 12 tahun, Northup kembali menjadi manusia bebas dan kembali ke keluarganya. Pada kredit penutup, dituturkan mengenai ketidakmampuan Northup dan kuasa hukumnya dalam menuntut orang-orang yang bertanggung jawab atas penculikan dan perbudakan terhadap dirinya, serta misteri seputar kematian dan pemakaman Northup.
(dikutip dari kisah nyata: 12 Years a Slave)