Meriam Portugis yang dibawa ke Batavia
oleh Belanda sesudah berhasil merebut Malaka, tahun 1641. Banyak legenda
tentang Si Jagur ini. Pertama, Raja Pajajaran memiliki seorang puteri
cantik jelita, namun terjangkit suatu penyakit aneh. Dari
selangkangannya keluar sinar ajaib, sehingga para pangeran yang
ingin mempersuntingnya lari mengurungkan niat. Raja lalu membuat
sayembara, siapa yang berhasil menyembuhkan putrinya akan
dinikahkan. Hampir semua dukun dan orang pintar di Pajajaran datang
berlomba-lomba untuk menyembuhkan sang putri, namun semuanya gagal.
Hingga suatu hari, datang utusan Kompeni yang menawarkan diri. Baginda
raja menyetujui dengan syarat agar menukarnya dengan tiga pucuk meriam.
Pihak Kompeni menyanggupinya dan menyerahkan ketiga pucuk meriam
tersebut, yang diberi nama Ki Amuk, Nyai Setomi dan Si Jagur.
Kisah kedua, masih di Kerajaan
Pajajaran atau Sunda. Raja Pajajaran bermimpi buruk. Ia mendengar suara
gemuruh dari sebuah senjata yang kelihatan sangat dahsyat dan tak
dikenal tentaranya. Sang Raja memerintahkan patihnya, Kiai Setomo, untuk
mencari senjata ampuh tersebut. Apabila gagal akan dihukum mati. Dalam
mengupayakan senjata ampuh tersebut, Kiai Setomo dan istrinya
Nyai Setomi bersemedi di dalam rumah. Setelah sekian lama Sang Patih
tidak kelihatan, Sang Raja memerintahkan para prajurit menggeledah rumah
Kiai Setomo. Namun tidak ditemukan siapapun dalam rumah itu, kecuali
dua buah pipa aneh yang besar. Ternyata Kiai Setomo dan Nyai Setomi
telah berubah wujud menjadi dua buah meriam seperti dalam impian Sang
Raja.
Cerita berubahnya suami istri
menjadi meriam tersiar kemana-mana, hingga terdengar oleh Sultan Agung
di Mataram. Sultan Agung memerintahkan agar kedua meriam itu dibawa ke
Mataram, namun meriam jantan Kiai Setomo menolaknya, bahkan
melarikan diri ke Batavia. Warga Batavia gempar menyaksikan benda
tersebut dan menganggap benda yang dilihatnya itu barang suci. Mereka
lalu menutupinya dengan sebuah payung untuk melindunginya dari terik
matahari dan hujan dan menamakannya Kiai Jagur atau Sang Perkasa.
Sedangkan Nyai Setomi diboyong ke Mataram.
Dalam versi sejarah tulis, meriam Si
Jagur dibuat di pabrik senjata "St. Jago de Barra" di Macao, Cina, oleh
orang Portugis. Ada kemungkinan bahwa nama Si Jagur diambil dari nama
pabrik pembuatnya. Kemudian meriam seberat 3,5 ton atau 24 pound dari
perunggu ini ditempatkan di Benteng Batavia (Kasteel Batavia) untuk menjaga pelabuhan dan kota. Setelah Kasteel
Batavia dihancurkan oleh Daendels tahun 1809 dipindahkan ke Museum Oud
Batavia (Museum Wayang). Namun kemudian dipindahkan lagi dan
ditempatkan di bagian utara Taman Fatahillah, diantara gedung kantor pos
Jakarta Kota dan Kafe Batavia. Moncong meriam diarahkan ke arah Pasar
Ikan, lurus ke arah Jl. Cengkeh, membelakangi Balai Kota (Stadhuis).
Awalnya Meriam Si Jagur terletak di dekat Kota Intan. Namun pada masa
Gubernur Ali Sadikin, meriam tersebut dipindah ke halaman utara
Museum Fatahillah.
No comments:
Post a Comment