Saturday, November 22, 2014

Bangau Tua Yang Licik




Di atas dahan pohon yang rimbun, si tua bangau tong-tong memperhatikan air telaga di hadapannya. Ikan-ikan besar, kecil tampak berenang-renang dengan elok-eloknya. Bangau tong-tong hanya mampu menelan liurnya. Perutnya keroncongan minta diisi, namun ia terlalu tua untuk memburu ikan-ikan di telaga yang jernih itu. Tiba-tiba paruh si tua bangau mendongak ke langit. Ia baru saja mendapat satu akal bulus. Suatu cara untuk mendapatkan ikan tanpa harus mengejar-ngejar mereka.
"Hai kawan-kawan", Si Bangau berseru-seru, "Kemarau segera akan tiba." "
Heh, apa pedulimu," ujar si Cabus.
"Semua juga tahu kemarau pasti datang", sahut Si Kepiting.
"Sudah, tak perlu hiraukan si tua pandir itu" si Tele berkata ketus.
"Tunggu kawan-kawan," seru bangau, "Kemarau kali ini akan berlangsung lama, danau ini akan mengering".
"Apaaa?" seru semua hewan penghuni telaga kaget.
"Ya! Benar kawan-kawan danau ini akan mengering".
Ketakutanlah semua hewan penghuni telaga itu. Ada yang menangis, ada yang mengumpulkan anak istrinya dan ada juga yang mengumpulkan harta bendanya. Mereka semua berenang-renang tak tentu arah.
"Tenang kawan-kawan tenang," ujar bangau, "Aku tahu sebuah danau yang luas di kaki bukit, telaga itu tak pernah kering walau kemarau sangat panjang."
"Danau-danau kepalamu", "bentak Si Gurami, "Kau pikir kami akan terbang ke sana?"
"Itulah yang kumaksud sobatku", ucap bangau, "Kalau kau mau aku bisa membawamu terbang ke sana"
"Sungguhkah?" sambut ikan mas tertarik.
"Tentu saja" jawab si Bangau,"Apapun akan kulakukan demi membantu teman".
"Bawa saja kami kesana paman, bawa kami", seru hewan-hewan penghuni danau dengan riuhnya penuh harap.
"Tenang-tenang, tak perlu berebut. Aku akan membawa kalian satu persatu."
Kemudian si bangau menghampiri kumpulan ikan-ikan. Dengan paruhnya ia mengangkat seekor ikan mas yang sedang besarnya. Lalu terbanglah bangau tong-tong itu dengan ikan mas di paruhnya.
Seharian itu berulang-ulang si bangau mengambil ikan-ikan dan berbagai hewan air lainnya dari telaga itu. Menjelang senja semua ikan telah terangkat habis. Tinggallah si kepiting  sendirian.
Si Kepiting menoleh kiri kanan. Sudah tak ada teman seekor pun. Pikir si Kepiting tentu mereka sudah senang di telaga besar di kaki bukit seperti janji si bangau.
Tak berapa lama si bangau kembali. Ia memandang berkeliling, tak ada ikan lagi yang nampak. Bangau tersenyum puas, perutnya kenyang sekali. Ia lalu hinggap di dahan pohon.
"Paman bangau, jangan lupakan aku", suara parau si Kepiting membangunkan si bangau.
"Hmm, kaukah itu kepiting?"
"Ya paman, bawa juga aku ke telagamu itu, tolonglah paman di sini aku sendirian sekarang".
Si bangau menatap ketam. Tak banyak daging ketam itu tentunya. Lagi pula bangau telah kenyang makan ikan-ikan penghuni telaga. Namun si bangau memang tamak, pikirnya ketam itu cukup nikmat untuk hidangan penutup.
"Baiklah sobat kecil," ujar si Bangau, "Mari kubawa kau ke danauku".
Dengan paruhnya Bangau tong-tong itu mengangkat si kepiting. Lalu bangau itu terbang. Gemetar ketakutan kepiting itu dalam jepitan paruh bangau yang tajam. Sekuat tenaga ia berpegangan.
Mendekati bukit yang dituju, alangkah terkejutnya ketam. Ia tak melihat danau atau genangan air barang setitikpun. Yang dilihat ketam sungguh mengerikan. Gundukan tulang-belulang ikan yang menggunung.
Sadarlah kepiting, ia dan teman-temannya telah tertipu. Si Bangau tong-tong telah membawa ikan-ikan dari danau untuk dimakannya. Kian kecutlah hati si kepiting.
Dalam ketakutannya, timbul kemarahan di hati si kepiting. Dengan kuat ia menjepit leher si bangau. Terperanjat bangau kesaktian. Ia berusaha meronta. Namun kedua jepit si kepiting kian kuat menjepit lehernya. si bangau tong-tong mencoba berteriak, namun tak mampu.
Akhirnya leher si bangau tong-tong putus dijepit si kepiting. Bangau itu pun jatuh dan mati. Sedang si kepiting yang tubuhnya bercangkang keras hanya memar saja saat ia terbanting di rerumputan.
Dengan sedih si kepiting masuk ke sebuah kubangan kecil. Ia telah kehilangan semua temannya. Kini ia harus hidup seidirian di tempat yang baru.

No comments:

Post a Comment