Sunday, November 9, 2014

Genderuwo




Mansur adalah seorang pedagang keliling. Ia menjajakan dagangannya hingga ke Cirebon. Karena itu, sekali ia pergi, paling cepat ia baru akan kembali seminggu kemudian. Suatu pagi Mansur baru akan berangkat, di jalan ia berjumpa sahabatnya, Otong dan Udin.
"Mau jalan lu Sur?" tegur Udin.
"Iya, nanti malam giliran kita ronda yah?" ,ujar Mansur seraya menyodorkan sejumlah uang.
"Ini buat beli bako".
"Wah jadi nggak enak nih", sahut Otong, namun tak urung uang itu dikantunginya juga.
Mansurpun meneruskan perjalanannya, sedang Otong dan Udin bergegas menuju kebun. Malamnya Otong dan Udin bersama beberapa orang lain meronda. Sepanjang malam mereka berjaga dan berkeliling. Menjelang dini hari mereka memutuskan untuk pulang.

Di perjalanan pulang Otong dan Udin melewati rumah Mansur. Tampak Mansur baru keluar dari halaman. Otong dan Udin heran, karena baru pergi kemarin mereka melihat Mansur berangkat mengapa dini hari ini ia sudah terlihat lagi?
"He Sur", tegur Otong, "Kenapa lu udah pulang lagi?"
Namun Mansur tak menghiraukan teguran itu, ia terus saja berlalu. Otong dan Udin menjadi gusar. "Sombong bener dia", ujar Udin, "Ditanya nengok aja kagak".
"Iya", sahut Udin, "Mentang-mentang kemaren udah ngasih duit kali".
Dini hari berikutnya Otong dan Udin hendak berangkat ke kota. Saat melewati rumah Mansur, keduanya kembali melihat pedagang itu keluar rumah. Kedua sahabat itu sudah lupa pada peristiwa dini hari yang lalu. Dengan ramah keduanva menegur Mansur.
Kali ini ternyata sama saja. Mansur terus saja berlalu. Teguran sahabatnya tak dihiraukan. otong dan udin kembali merasa gusar. "Kenapa sih dia?" tanya Otong. "Ditegur baek-baek kagak nyaut. Emangnya gua kirik".
Udin tak segera menyahut, ia merasa ada sesuatu yang ganjil.
"Tong", ujar Udin, "Tempo hari waktu dia ngasih duitkan biasa aja. Tapi besoknya ama sekarang dia berubah".
"Iya, karena udah ngasih duit makanya dia ngerasa berkuasa".
"Bukan itu maksud gua", tukas Udin, "Dia kan kalo pergi lama. Paling cepet seminggu baru pulang, kadang-kadang ampe sebulan".
"Iyayah" , ucap Otong heran," Kenapa dua hari ini dia bolak-balik terus?"
"Makanya gua jadi curiga", timpal Udin "Jangan-jangan dia bikin macem-macem".
Kecurignan itu membuat Otong dan Udin sepakat untuk mengintai Mansur. Malam itu keduanya bersembunyi di semak-semak, mata mereka mengawasi rumah Mansur dan jalan sekitarnya.
Lewat tengah malam otong dan Udin melihat Mansur di kejahuan. suasana terasa aneh. Otong dan Udin merasa tercekam. Keduanya mendekam dengan tegang di tempat persembunyian.
Tampak Mansur memasuki halaman rumahnya. Pedagang itu mengetok pintu sesaat kemudian pintu terbuka, Mansur pun masuk. Otong dan Udin terus mengawasi.
"Din", bisik Otong, "Perasaan gua nggak enak".
"Sama gua juga", sahut Udin.
"Tapi, kenapa Si Mansur baru pulang tengah malam begini?"
"Makanya gua jadi makin curiga".
"Ayo kita intip ke dalem".
Otong dan Udin beranjak dari persembunyian. Keduanya mengendap-endap mendekati rumah Mansur. Namun setelah dekat keduanya mengurungkan niatnya. Lekas mereka menjauh dengan wajah merah padam, di dalam rumah sayup terdengar lenguhan isteri Mansur.
"Sialan", umpat Otong setelah jauh, "Gua kirain lagi ngapain".
"Dasar pejajaran tu orang", timpal Udin, "Pantes bolak-balik mulu".
Selagi Otong dan Udin mengumpat-ngumpat muncul para peronda. Kedua sahabat itu menceritakan pengalaman mereka. Para peronda tertawa terbahak-bahak.
"Udah-udah jangan ribut", ujar Komar, "Bentar lagi subuh."
Mereka semua terdiam. Saat itulah nampak Mansur keluar dari rumahnya. Otong dan Udin bersama para peronda terkiki-kikik. Tetapi seperti dua hari sebelumnya pedagang itu terus saja berlalu. Sedikitpun ia tak menghiraukan teman-temannya.
Komar si jago pencak silat merasa heran. Pengalamannya saat malang melintang sebagai jawara membuatnya peka. Ia tahu, ada yang ganjil pada diri Mansur.
Segera Komar mengejar Mansur. Namun pedagang itu berjalan cepat sekali. Komar pun berlari. Mansur berlari lebih cepat lagi. Melihat itu Otong dan Udin bersama peronda lainnya turut mengejar.
Setiba di pengkolan tersentaklah para pengejar. Mereka melihat Mansur melompat, begitu ringan lompatannya. Tubuh Mansur lenyap di kerimbunan daun pohon Johar.
Sadarlah semua orang, yang tengah mereka kejar bukanlah Mansur melainkan Genderuwo. Mahluk jahat itu biasa tinggal di pohon-pohon besar yang tua.
Jika Genderuwo tengah berhasrat, ia akan mendatangi perempuan yang tengah ditinggalkan suami. Akibatnya, perempuan itu akan hamil.
Hal itu terjadi pada isteri Mansur. Ia hamil. Saat lahir, bayinya amatlah mengerikan. Sekujur tubuhnya berbulu lebat, wajahnya pun menakutkan. Umur bayi itu hanya beberapa hari, ia lalu meninggal. Namun sesungguhnya bayi itu tidak meninggal, ia hanya mengikuti bapaknya.

No comments:

Post a Comment