TAHUN 1918
Di lokasi yang kini menjadi Gedung Perundingan Linggarjati pada tahun 1918 berdiri sebuah gubuk milik Ibu Jasitem
TAHUN 1921
Gubug tersebut beralih tangan ke seorang berkebangsaan Belanda yang bernama Tersana dan dirombak menjadi bangunan permanen.
TAHUN 1930
Bangunan
permanen tersebut berpindah kepemilikan dan dijadikan rumah tinggal
seorang berkebangsaan Belanda Mr. Jacobus (Koos) Van Johannes.
TAHUN 1935
Rumah tinggal Mr. Van Johannes dikontrak oleh Theo Huitker untuk dijadikan Hotel yang bernama "Rustoord".
TAHUN 1942
Ketika
Jepang memasuki wilayah Hindia Belanda, Belanda menyerha tanpa syarat
yang mengakibatkan berpindah tangannya wilayah Nustantara dari Belanda
ke Jepang, tidak terkecuali wilayah Kuningan. Hotel Rustoord diganti
namanya menjadi Hotel "Hokayryokan".
TAHUN 1945
Pada tanggal 17
Agustus Soekarno dan Hatta atas nama Bangsa Indonesia memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Bara Nasionalisme menjalar ke seluruh penjuru
Nusantara. Hotel Hokayryokan pun berubaha namanya menjadi Hotel Merdeka.
TAHUN 1946
Ketika
pihak Belanda dan Indonesia sepakat untuk melakukan perudingan, maka
dicarilah tempat yang harus disepakati bersama untuk diadakan
perundingan. Pihak Belanda menolak berunding bila Jogjakarta karena
kekuatan RI ada di sana, sebaliknya Soekarno-Hatta menolak bila didakan
di Jakarta karena tentara Belanda banyak di sana.
Atas usulan Ibu
Maria Ulfah, Menteri Sosial Pertama RI, dipilhalah Linggajati, kawasan
peristirahatan di Kuningan sebagai tempat perundingan. Selain tidak jauh
dari Jakarta dan masih berada di wilayah kekuasaan RI, suasana Kuningan
yang sejuk dan nyaman memberikan nilai tambah sebagai tempat
perundingan.
Pada tanggal 11-13 November diadakan Perundingan
Liggarjati antara Pemerintah Indonesia ddan Pemerintah Belanda yang
menghasilkan Naskah Linggarjati sehingga gedung ini sering disebut
GEDUNG PERUNDINGAN LINGGARJATI.
TAHUN 1948-1950
Pada tanggal 19
Desember 1948 Belanda melancarkan agresinya yang ke-2, dimana Belanda
berhasil merebut Jogjakarta dan menawan para pemimpin Republik. Pada
masa-masa Agresi Militer ke-2 gedung Linggarjati dijadikan markas oleh
Belanda.
TAHUN 1950-1975
Gedung Linggajati dijadikan Sekolah Dasar Negeri Linggarjati
TAHUN 1975
Bung
Hatta dan Ibu Sjahrir berkunjung dengan membawa pesan bahwa gedung ini
akan dipugar oleh Pertamina, tetapi usaha ini hanya sampai pembuatan
bangunan Sekolah untuk SDN Linggarjati
TAHUN 1976
Pemerintah menyerahkan gedung ini kepada Departemen Penidikan dan Kebudayaan untuk dijadikan museum memorial.
No comments:
Post a Comment