Tuesday, June 28, 2016

Sejarah Masjid Luar Batang, Jakarta

Masjid luar batang terletak di kampung Luar Batang dan didirikan oleh Al Habib. Terletak di Jl. Luar Batang V No. 1 RT 004 RW 03 Kampung Luar Batang. Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, Propinsi DKI Jakarta. Masjid berada di tengah-tengah pemukiman penduduk. Pada mulanya bangunan ini hanya berupa musholla yang digunakan Al Habib untuk menyebarkan agama Islam dan sekaligus tempat pengajian. Selain bangunan masjid juga terdapat makam keramat yaitu makam keramat pendiri masjid Luar Batang Sayid Husein bin Abubakar Alaydrus yang wafat pada 29 Ramadhan 1169 H atau 24 Juni 1756 M. Pada mulanya makam ini berada di samping musholla, namun karena pembangunan dan perluasan masjid, maka makam ini kemudian menjadi berada di dalam masjid Luar Batang.


Dibangun oleh Sayid Husein bin Abubakar Alaydrus tahun 1739, di atas tanah hadiah dari Gubernur Jenderal VOC atas jasanya terhadap kompeni. Mengalami beberapa kali pemugaran yang dilakukan oleh Yayasan Masjid Luar Batang, Swadaya masyarakat, dan Pemerintah Daerah DKI Jakarta. Makam Sayid Husein yang berada di bagian luar atau halaman masjid dipindah ke dalam bangunan masjid, kemudian masjid baru terletak di sisi barat bangunan lama.

Bentuk arsitekturnya khas mesjid tua di pulau Jawa sebelum abad ke-20, yaitu tidak mempunyai kubah setengah lingkaran dan menara dengan bulan-bintang di atasnya. Hanya ada atap lancip atau sebuah cungkup seperti bangunan Hindu Jawa. Masjid ini mempunyai denah dasar segi empat bujur sangkar yang ditopang dengan soko-guru yang masih asli serta beratap tumpang yang memberi ciri sebagai bangunan tua dan di sebelah utara terdapat Ruang Keputren.

Terdiri atas dua bangunan (lama dan baru) yang dikelilingi tembok dengan pintu gerbang terletak di sisi timur. Di bagian depan terdapat pelataran. Sebelah kanan pelataran ada tempat wudhu. Sisi kanan pelataran terdapat sebuah kentongan, sisi kiri terdapat ruangan pawestren. Sebelum masuk ruang utama terdapat serambi. Ruang utamanya berbentuk empat persegi yang didalamnya terdapat tiang, mihrab, dan mimbar. Di sisi kirinya terdapat sebuah ruangan tempat makan Sayid Husein dan Abdul Kadir bin Adam yang dikeramatkan.

Bangunan tua yang masih tertinggal antara lain tiang pilar persegi empat berjumlah 12 buah sebagai tiang penyangga utama mesjid, gapura pintu gerbang dari pagar tembok yang melingkar mengelilingi mesjid, dan ukiran pada kusen pintu masuk serambi mesjid.

Selain itu juga terdapat makam Al Habib yang terletak di sebelah barat, samping kanan depan mesjid, dalam satu ruangan dengan serambi mesjid. Makamnya tertutup rapat dengan cungkup yang ditutupi kain dan hanya dibuka pada bulan Maulid dan bulan huol (wafatnya). Ada satu makam lagi di sebelah timur. Tidak diketahui namanya, namun menurut cerita, makam tersebut milik seorang Cina yang masuk Islam dan menjadi pendamping setia Al Habib. Nisannya terbuat dari batu kali tanpa ukiran dan catatan tahunnya.

Masjid Luar Batang sering dikunjungi peziarah dari berbagai kota hingga di luar Jawa seperti Sumatra dan Kalimantan. Para peziarah harus membawa kembang payung yang terbuat dari kertas berwarna berkerangka bambu, ada tangkainya, dan berbentuk bulat selinder sebesar kaleng susu. Sebelum masuk makam akan diberi kemenyan sebagai syarat oleh seorang kuncen (juru kunci) makam dan minum air mentah untuk mendapat berkah. Peziarah yang mempunyai permohonan yang umum, membaca doanya di ruang khusus sedang permohanan khusus dibacakan ayat Al Qur'an di ruang makam. Sebelum pulang, peziarah meletakkan bunga di dekat makam dengan memasukkan tangan lewat loket penghubung dan menukar bunga lain yang sudah ada di makam untuk mendapat berkah. Juga membawa payung sebagai kenang-kenangan. Mula-mula dibawa oleh peziarah Cina dalam bentuk besar dan terbuat dari kertas deluwang.

No comments:

Post a Comment