Masjid luar batang terletak di kampung
Luar Batang dan didirikan oleh Al Habib. Terletak di Jl. Luar Batang V
No. 1 RT 004 RW 03 Kampung Luar Batang. Kelurahan Penjaringan, Kecamatan
Penjaringan, Jakarta Utara, Propinsi DKI Jakarta. Masjid berada
di tengah-tengah pemukiman penduduk. Pada mulanya bangunan ini hanya
berupa musholla yang digunakan Al Habib untuk menyebarkan agama Islam
dan sekaligus tempat pengajian. Selain bangunan masjid juga terdapat
makam keramat yaitu makam keramat pendiri masjid Luar Batang
Sayid Husein bin Abubakar Alaydrus yang wafat pada 29 Ramadhan 1169 H
atau 24 Juni 1756 M. Pada mulanya makam ini berada di samping musholla,
namun karena pembangunan dan perluasan masjid, maka makam ini kemudian
menjadi berada di dalam masjid Luar Batang.
Dibangun oleh Sayid Husein bin Abubakar
Alaydrus tahun 1739, di atas tanah hadiah dari Gubernur Jenderal
VOC atas jasanya terhadap kompeni. Mengalami beberapa kali pemugaran
yang dilakukan oleh Yayasan Masjid Luar Batang, Swadaya masyarakat, dan
Pemerintah Daerah DKI Jakarta. Makam Sayid Husein yang berada di bagian
luar atau halaman masjid dipindah ke dalam bangunan masjid,
kemudian masjid baru terletak di sisi barat bangunan lama.
Bentuk arsitekturnya khas mesjid tua di
pulau Jawa sebelum abad ke-20, yaitu tidak mempunyai kubah setengah
lingkaran dan menara dengan bulan-bintang di atasnya. Hanya ada atap
lancip atau sebuah cungkup seperti bangunan Hindu Jawa. Masjid
ini mempunyai denah dasar segi empat bujur sangkar yang ditopang dengan
soko-guru yang masih asli serta beratap tumpang yang memberi ciri sebagai
bangunan tua dan di sebelah utara terdapat Ruang Keputren.
Terdiri atas dua bangunan (lama
dan baru) yang dikelilingi tembok dengan pintu gerbang terletak di sisi
timur. Di bagian depan terdapat pelataran. Sebelah kanan pelataran ada
tempat wudhu. Sisi kanan pelataran terdapat sebuah kentongan, sisi kiri
terdapat ruangan pawestren. Sebelum masuk ruang utama terdapat serambi.
Ruang utamanya berbentuk empat persegi yang didalamnya terdapat tiang,
mihrab, dan mimbar. Di sisi kirinya terdapat sebuah ruangan tempat makan
Sayid Husein dan Abdul Kadir bin Adam yang dikeramatkan.
Bangunan tua yang masih
tertinggal antara lain tiang pilar persegi empat berjumlah 12 buah
sebagai tiang penyangga utama mesjid, gapura pintu gerbang dari
pagar tembok yang melingkar mengelilingi mesjid, dan ukiran pada kusen
pintu masuk serambi mesjid.
Selain itu juga terdapat makam Al
Habib yang terletak di sebelah barat, samping kanan depan mesjid, dalam
satu ruangan dengan serambi mesjid. Makamnya tertutup rapat dengan
cungkup yang ditutupi kain dan hanya dibuka pada bulan Maulid dan
bulan huol (wafatnya). Ada satu makam lagi di sebelah timur. Tidak
diketahui namanya, namun menurut cerita, makam tersebut milik seorang
Cina yang masuk Islam dan menjadi pendamping setia Al Habib. Nisannya
terbuat dari batu kali tanpa ukiran dan catatan tahunnya.
Masjid Luar Batang sering
dikunjungi peziarah dari berbagai kota hingga di luar Jawa seperti
Sumatra dan Kalimantan. Para peziarah harus membawa kembang payung yang
terbuat dari kertas berwarna berkerangka bambu, ada tangkainya, dan
berbentuk bulat selinder sebesar kaleng susu. Sebelum masuk makam akan
diberi kemenyan sebagai syarat oleh seorang kuncen (juru kunci)
makam dan minum air mentah untuk mendapat berkah. Peziarah yang
mempunyai permohonan yang umum, membaca doanya di ruang khusus sedang
permohanan khusus dibacakan ayat Al Qur'an di ruang makam. Sebelum
pulang, peziarah meletakkan bunga di dekat makam dengan memasukkan
tangan lewat loket penghubung dan menukar bunga lain yang sudah ada di
makam untuk mendapat berkah. Juga membawa payung sebagai
kenang-kenangan. Mula-mula dibawa oleh peziarah Cina dalam bentuk besar
dan terbuat dari kertas deluwang.
No comments:
Post a Comment